Ada ide buat menulis tentang judul ini setelah melihat semangat Bapak Ridwal Kamil selaku gubernur Jawa Barat terbang lagi ke Swiss, kemungkinan besar jasad almarhum Eril ditemukan oleh seorang Guru setempat. Namanya kehilangan apapun, manusia secara normal akan merasa sedih, susah, kecewa hingga akibat yang akut (berat) dapat membuat yang kehilangan merasa down (pupus : jawa). Contoh sederhana, jika pas di pasar pas mau bayar belanja, ternyata dompet kena copet atau jatuh sendiri. Jangankan kehilangan nyawa, barang pun meski sederhana akan kecewa berat seperti kasus motor ini hilang pengapian sudah membuat sang pemilik berkeringat dingin malam itu, apalagi tengah malam.

sang gubernur dan putranya (sumber RM.ID)

Sebagai manusia biasa, tentu rasa kehilangan secara mendalam lepas dari jabatan apapun, termasuk Bapak Gubernur tersebut diluar posisinya sehari hari. Dengan kemampuan yang memang memadai, beliau rela bolak balik ke manca negara demi nyawa sekaligus jasad putranya, konon akan nempuh S-2 di luar negri.  Rencana sekolah diluar, ternyata skenario Sang Khaliq beda dengan rencana manusia. Meski sudah wafat, beliau tetap ingin putranya ada dihadapannya, artinya dimakamkan dimana sang anak pernah hidup dengan ortunya. Sebagai insan muslim yang baik, sebagian masyarakat muslim indonesia memang lebih mantap mendoakan sementara yang didoakan dekat dengan keluarga. Sangat normatif dan bisa dimanfaatkan untuk memudahkan ziarah di.lain waktu. Mungkin beda, jika sang ortu dengan kondisi banyak keterbatasan (baca ekonomi), keadaan apapun akan rela diterimanya.

Rasululloh SAW sendiri, karena diberitahu ada jenazah yang disiksa (berita ghoib) di sekitar pemakaman,  tanpa pikir panjang beliau menancapkan dahan selagi basah dengan harapan mengurangi siksa yang sedang berlangsung di makam itu. Toleransi nya meski hanya sampai dahan itu kering, sebagai Utusan Tuhan (Alloh) beliau berikan pelajaran bahwa meringankan siksa bagian dari keinginan manusia meski dosanya selangit. Dikurangi (didiscount) hutang atau beli barang saja, sudah berikan rasa senang apalagi menyangkut hal hal yang dihadapi sendiri oleh penghuni makam yang bersangkutan, dan ini cahpondokkan pernah bahas tentang Nabi melewati makam tersebut

Beliau sang bapak dan sebagai muslim yang taat, tentu paham akan ajaran Nabi Muhammad SAW itu, karena sering disampaikan para dai atau mubaligh.Bahkan secara emosion aproach beliau dekat baik dengan Aa' Gym dan UAH. Dengan demikian jika memang ada kesalahan (tentu sudah didoakan mereka yang ikut solat jenazah), alangkah lebih baik bukan dengan dahan namun doa doa secata langsung dari keluarganya. Dahan yang basah saja, bisa sebagai sarana mengurangi beratnya siksaan (saat Nabi SAW lewat), tentu lantunan : doa, dzikir dan bacaan bacaan lain yang intinya memintakan ampun atas kesalahan almarhum akan labih dahsyat nilainya. Meskipun secara syariat, muslim yang meninggal karena tenggelam atau sejenis sudah masuk kategori syahid akhirat. Akan tetapi saat di dunia, tetap diwajibkan untuk dimandikan sebelum disolatkan. Beda dengan syahid dunia-akhirat seperti dalam perang (jihad fi sabilillah), maka jenazah tak perlu dimandikan. Akan dimandikan di akhirat sesuai kondisi terakhir almarhum.

Terjawab sudah kenapa beliau sang Gubernur tetap berkemauan untuk menjemput putra kesayangannya meski sudah tak bernyawa lagi.


Wallohu A'lam