Tak perlu mengulang bagaimana ungkapan Gus Miftah buat penjual es teh, karena memang bisa jadi menyakitkan buat penjual es teh bapak Son Haji (SH) saat itu. Kenapa ? karena saat itu memang belum laku sama sekali barang dagangan es teh nya. Di samping karena es teh kurang pas dengan cuaca yang sedang hujan atau karena memang saat masuk ruangan itulah waktu pertama kali si bapak ini berdagang. Bukan di lapak atau stand umumnya dalam keramaian baik pengajian, haul atau sholawatan atau even even lainnya. Penulis dulu juga mantan pelapak stand (sebutannya lapakers) dalam perhelatan acara acara motor klasik (tuwa) di Indonesia, jadi cukup paham dengan sikon para penjual lokal atau dadakan semisal es teh, nasi bungkus dll. Sementara lapak atau stand makanan yang resmi juga ada (dengan membayar biaya stand).
nukilan gambar di sebuah media |
Buat Gus Miftah Bisa Jadi Balasan Itu Amat Cepat, dingkat jadi tema pagi ini mengingat kecerobohan lisan atau bicara terkadang berakibat fatal. Dal Al Quran ada nama surah yakni Luqman, mengangkat sosok bawahan (abdi dalem)sebagai kerjaan harian yang menurut kaca mata umum pegawai atau buruh rendahan. Luqmanul Hakim demikian lengkapnya, meski bawahan bisa dikatakan seorang wali karena miliki ilmu hikmah yang agung. Apa itu pelajarannya ?.
Saat beliau disuruh majikan untuk memasak makanan yang enak, beliau Luqman memasak dengan daging lidah (hewan halal tentunya). Di lain waktu disuruh memasak makanan yang tidak enak beliau Luqman juga memasak dengan daging lidah juga. Ini yang bikin majikan bertanya. Kenapa memasak enak dan tak enak dengan lidah ?, Jawaban singkat beliau, Lidah itu pangkal enak dan tidak enak nya, jika itu serupa dengan ungkapan atau pembicaraan. Takjub juga majikan akan penjelasan ini. Pelajaran ini disampaikan almarhumah ibu penulis beberapa waktu sebelum beliau wafat.
inzet video usai acara pengajian
Yahh, lidah yang merupakan unsur tubuh manusia diantara komponen yang membentuk keluarnya suara yang dibantu kedua bibir atas dan bawah, dan disengaja atau tidak akan keluar kata kata, kalimat, ocehan, ceramah, pidato, umpatan, hinaan, pujian dll. Bentuknya hampir sama semua manusia yakni tidak bertulang bentuk bodinya. Jawaban Luqmanul Hakim begitu pas dan tepat dengan suasana rumah majikannya yang tak lain atasannnya sendiri agar hati hati dalam menjaga lidah sekaligus menjaga lisan. Lidah memang tidak bertulang dan empuk bahan bakunya, akan tetapi efek yang ditimbulkan akan dirasakan : enak dan tak enak tergantung yang memainkan lidah (hasilnya dalam bentuk suara atau ungkapan).
Sebagai publik figure bahkan pejabat yang baru dilantik, seorang Gus Miftah seharusnya mulai sedikit sedikit merubah gaya bicara serta gaya menghadapi audiens (entah penonton, hadirin, pendengar). Kenapa ?. Alamnya sudah berubah, ia seorang birokrat istana dan utusan khusus presiden Indonesia yang merupakan orang nomor-1 di Indonesia. Bila sebelumnya beliau Gus Miftah suka gaya bebas bahkan cenderung terjun bebas, jika masih nekad akan fatal akibatnya. Banyak contoh dan misal sebelumnya yang sembrono dengan ungkapan, tak usah jauh jauh saat Ahok sembrono dengan ayat Al Quran Surah Al Maidah -51, usaha dan perjuangannya gagal meski sudah kantongi dukungan >70 persen dukungan warga calon pemilih merebut kursi DKI-1. Semoga pejabat pejabat lainnya agar berhati hati terutama menghadapi langsung rakyat kecil, sebab rakyat kecil apapun agamanya jika dihinakan maka berurusan dengan Sang Pencipta manusia itu yakni Alloh SWT.
Allohu A'lam
6 Comments
#japan, welcome
ReplyDelete#france, welcome
ReplyDelete#swedia, welcome
ReplyDelete#hungaria, welcome
ReplyDelete#guetemala, welcome
ReplyDelete#argentina, welcome
ReplyDeleteterimakasih sudah atensi