Apa benar ada makna lain seperti yang biasa berlaku di masyarakat bahwa memang benar masih berfungsinya tanaman (baca pelepah kurma) yang ditanam oleh Rosul SAW. Adapaun matan (susunan) hadist nya sebagai sumber bahasan selengkapnya adalah sebagai berikut :

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ الْبَوْلِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ثُمَّ أَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَ فَعَلْتَ هَذَا قَالَ لَعَلَّهُ يُخَفِّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا 

Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati dua buah kuburan. Lalu Beliau bersabda,”Sungguh keduanya sedang disiksa. Mereka disiksa bukan karena perkara besar (dalam pandangan keduanya). Salah satu dari dua orang ini, (semasa hidupnya) tidak menjaga diri dari kencing. Sedangkan yang satunya lagi, dia keliling menebar namiimah.” Kemudian Beliau mengambil pelepah basah. Beliau belah menjadi dua, lalu Beliau tancapkan di atas masing-masing kubur satu potong. Para sahabat bertanya,”Wahai, Rasulullah. Mengapa Rasul melakukan ini?” Beliau menjawab,”Semoga mereka diringankan siksaannya, selama keduanya belum kering.” 

TAKHRIJ HADITS Hadits ini dikeluarkan oleh: – Imam Bukhari dalam Al Jami’ Ash Shahih (1/317-Fathul Bari), no. 216, 218, 1361, 1378, 6052 dan 6055. – Imam Muslim dalam Ash Shahih, 3/200-Syarah Imam Nawawi, no. 292. – Imam Tirmidzi dalam Al Jami’, 1/102, no. 70. Dan beliau mengatakan,”Hadits hasan shahih.” – Imam Abu Dawud dalam As Sunan, 1/5. no. 20. – Imam Nasa’i dalam Al Mujtaba, 1/28. – Imam Ibnu Majah dalam As Sunan, 1/125, no. 237.

Keterangan selengkapnya tentang bahasan itu bisa disimak : DISINI, Ini bahasan yang baik dan cukup membuat kejelasan sebuah peristiwa yang kebetulan rasul SAW ada disitu.

sebuah pemakaman (sumber : san diego hills)

Sementara tulisan ini dengan sudut lainnya, yang tentu pernah dijelaskan saat kajian fiqih nya oleh Habib Umar bin Husein Assegaf dalam mengkaji kitab Kifayatur Raghib (terbitan Yaman) merupakan syarah dari kitab Hidayatut Tholib yang bahasan fikihnya memang cukup mendetail dan kadang hal hal kecil saja dibahas dalam kitab tsb, terbitan lebih kurang 200 th lalu. Kajiannya masih berlangsung tiap Selasa siang (rouhah) di Masjid Riyadh dengan sifat terbuka. Beliau Habib Umar Assegaf yang juga narasumber tiap sabtu pagi di masjid Assagaf Solo dengan materi tafsir dengan merujuk kitab Sofwatut Tafaasir karya alm Syeh Assobuny yang belum lama wafat di jazirah Arab (Makkah). Adapun Penjelasan beliau adalah (sejauh cahpondokkan merangkum) sebagai berikut :

  • Yang diminta Nabi SAW adalah tanaman/ pohon yang ada dan terdekat, sementara lahan kuburan/ makam saat itu masih bebas. Sehingga apapun barang yang nampak bisa dimanfaatkan
  • Diringankan siksa (yang ada di kuburan) itu meski amalnya termasuk ringan, ternyata di alam kubur (bukan fisik kuburn), justru tetap berat akibatnya yakni : namimah (memprovokasi) untuk pecah belah kaum/ umat dan yang kedua BAK (buang air kecil) tidak dibersihkan dengan bersuci
  • Ada makhluk hidup dan mati diluar manusia, selalu berdzikir kepada Alloh SWT baik manusia tahu atau tidak, kecuali para Nabi Rasul memang ada kemampuan tsb atas izin Alloh SWT yakni dengan Ilmu Alloh SWT
  • Jika tanaman (baca pelepah kurma) saja yang bisa bertasbih/ berdzikir meski manusia tidak mendengar atau melihat, bagaimana jika yang ada manusia ? Apalagi itu keluarganya , apalagi saudaranya atau orang lain juga boleh yang penting manusia dengan status sehat berakal, terlebih seorang muslim yang mendoakan ?
  • Dengan pandangan seperti ini,maka diharapkan manusialah yang mendoakan atau bahkan memintakan ampun, baik itu seorang saja atau rombongan tetap sama, makin yang berdzikir banyak makin bagus. 
Ini yang berkaitan dengan tabiat atau perilaku manusia, dengan demikian mereka yang selalu adakan acara berziarah secara rombongan tak perlu dipermasalahkan jika memang itu agak berbeda dengan kebiasaan seseorang atau kelompok. Adapun tentang pohon atau pelepah kurma, dimaksudkan adalah karena yang ada saat itu adalah pohon itu (yang terdekat) dan secara lazim tanaman sekitar makam bisa dimanfaatkan siapa saja yang lewat). Dengan berkembangnya zaman dan geografi sampai banyak negara, tidak semua negara ada tanaman semacam pelepah kurma. Akhirnya banyak yang memanfaatkan bunga dan ditaruh di atasnya, dengan syarat bunga yang dibawa atau diambil itu adalah syah dan halal (bukan hasil curian) baik memetik sendiri atau membeli di pasar bunga.

Kifayatur Roghib Rujukan Habib Umar

Demikian pandangan dan sudut lain hingga perlu diketengahkan tulisan Makna Lain Doa Nabi Saat Melewati Kuburan. Materi lain pernah dituliskan oleh cahpondokkan yang menurunkan tulisan tentang ucapan sayyidina dan mungkin lain waktu diketengahkan lagi. Kekayaan materi atau bidang bidang amaliyah dalam Islam itu cukup banyak, dan jangan sampai perbedaan seperti materi kali ini menjadikan singgungan yang hebat. Semua bisa terjadi karena memang sudah tidak menjumpai Nabi Muhammad SAW secara langsung. Begitu juga dengan murid murid atau orang yang dekat beliau termasuk para istri istri Beliau SAW. Justru ada penjelasan dari kalangan lain, asal secara keilmuwan memenuhi syarat, bisa menjadikan luas dan longgar dalam menerima perbedaan yang sifatnya cabang atau furu'iyah saja.


Wallohu A'lam