Pengalaman tak berharga ini bisa menjadi pelajaran dan manfaat buat kawan kawan yang biasa memanfaatkan platform apapun seperti marketplace buat transaksi, Mulai barang sederhana, sehari hari hingga barang khusus (hobbi). Ternyata kemajuan teknologi untuk sebuah kejahatan (baca keburukan) sebanding dengan kebaikan. Bahkan bisa dikatakan lebih buruk (jahat) jika dilakukan secara manual. Manual bisa saling kenal face to face walaupun sementara waktu COD saja, sementara secara digital dikatakan serba instan dan hanya dibaca via akun atau nomor WA.

Nomor pun jika tujuan terlaksana bisa diganti atau dibuang begitu saja. Kebetulan yang jadi contoh ini adalah barang buat hobi (dengan penggemar khusus yakni alat pingpong) namun bisa saja pelaku kejahatan sama sekali tidak atau kenal dengan hobi atau kegemaran. Umumnya lapak penghobi (baca pingpong) memang punya model sendiri. Dalam kejadian ini yang penting dapat sasaran. Namanya saja memang dengan niatan tidak baik. Sekilas bisa digambarkan sbb :

siklus cara kerja calon penipu

Penjelasannya adalah, bisa diurutkan antara lain :

  1. A (pencari barang), membuat komentar atau status entah di grup WA atau media sosial lainnya. Lalu direspond oleh B dengan menanyakan berapa anggarannya. Misal dalam kasus ini sebuah alat pingpong (bed) nya. 
  2. B (menawarkan barang sesuai anggaran) dan B mulai cari cari barang yang sesuai entah di platform apapun termasuk FB. Akhirnya bertemu dengan C (sang pemilik barang/pengiklan)
  3. B berhasil copast jenis, merk, dan harga sesuai dengan anggaran A dan disertai gambar atau pict yang dimaksud
  4. Dari sini mulailah B (calon penipu) mainkan pola dengan 2 arah. Kepada C (korban) biasanya tidak menawar barang, sementara dengan A harga dibuat khusus sesuai kesepakatan.
  5. B pura pura pesan barang dengan shareloc atau peta rumah A dan janjian untuk ketemu, meski calon pembeli (A) tdk kenal dengan C. Akhirnya terjadi COD antara A-C sementara B meremote pertemuan ini.
  6. Dirasa cocok, B akan tranfer dengan nilai spt iklan (tanpa tawaran : misal dalam kasus ini 500K). Dan A diminta tdk menanyakan harga kpd pemilik barang, dan C tak perlu info harga sesungguhnya. Tdk lama B transfer dg mobile banking spt iklan (500K). Bukti dikirim via WA......krn C tdk biasa via mobile dan lokasi ATM jauh (kebetulan COD di desa), maka percaya saja. 
  7. Tak lama, B calling A untuk segera transfer, ternyata nilainya dibawah iklan, alias asal jadi uang yakni 250K. Dan dikirimlah uang sebesar kesepakatan A-C yakni 250K, Sementara yang dikirim ke C : 500K. Jadi broker yakni B seolah olah rela RUGI. Dan habis ini spt nya B sulit dihubungi lagi.
  8. Ternyata bukti transfer dr B ke C : adalah editan alias palsu, dan hasilnya adalah zonk. Ini diketahui setelah C cross cek di ATM dlm hal ini adalah BCA.

Ini contoh bukti transfer yang ternyata adalah palsu atau editan. Bagi yang terbiasa dengan mobile banking akan paham, Yg tidak biasa, akan mudah percaya saja.

bukti transfer editan saat COD

Kesalahan atau error sebenarnya ada di pihak pemilik barang (C) yg sdg COD apalgi di rumah A yang cari barang. Krn ingat message broker agar A ckp transfer ke B, dan C juga selesai nerima transfer sebisa mungkin ganti urusan atau pulang. Ternyata meski A dan C sdh temu darat, ttp tdk tahu harga sebenarnya karena A hanya di pihak nerima tawaran, alias tidak lihat iklan secara langsung. Ini iklannya

iklan aslinya yang ada di FB dg harga 500K

Kok bisa COD ?. Tentu B dengan mudah memintakan peta digital kepada A dan dikirim ke C. Sementara menurut C, yg order barang adalah B karena ia memang nadanya sedang memesan dan diakukan atau lokasi COD diakukan sebagai kakaknya. (Penipuan dengan dalih anggap saudara calon pembeli). Lalu kemana sang calon pembeli transfer ke B, inilah buktinya, dengan rekening atas nama Puput Puji Astuti dengan rekening BRI 319.7010.1978..9502. Iklan tdk akan dihapus kecuali oleh pihak admin sendiri.

Etah rekening ini posisinya dimana, para pihak tertipu tak punya keinginan cros cek krn rahasia sebuah data bank. Entah habis nerima dana dikosongkan atau dibuat 0, wallohu A'lam. (klik untuk perbesar gambar)

BRI penerima dr A

Lalu siapakah mas B atau calon penipu, atau katakanlah penipu nya krn sudah terlaksana, inilah akunnya via WA. Maaf namanya tdk disebutkan, hanya nomor WA saja (gambar disematkan). Nomor masih tersimpan (ditandai dengan kotak dg garis tepi hitam). Kontak tercatat : 0859.3043.9754 (sepertinya indosat produk).

DP broker penipunya dan chats saat mau transfer

Lalu dimanakah lokasi temu atau COD, untuk sementara penulis simpan yang jelas berlokasi di seputaran geografis  Karanganyar Barat (alastuwo).

Demikian ulasan tentang sebuah perjalanan sebuah transaksi suatu barang via online baik COD atau pola lain. Yang jelas dengan kejadian ini.

  1. Yang punya barang, lepas barang tanpa ada uang masuk (tertipu dengan bukti transfer bodong)
  2. Yang membeli meski sesuai dengan anggran dan kemauan, namun ada rasa semacam tak enak juga. 
  3. Adapaun manfaat buat C, yakni pemilik barang bisa berkenalan dengan A yang kebetulan bisnis bidang IT dan entah suatu saat bisa saling mengisi dengan kemanfaatan. Karena ternyata masih satu atap alumni yakni alumni SMA Al Islam Surakarta, sementara pemilik barang (C) kakeknya adalah diantara pendiri Al Islam Surakarta (ada di list grup diatas).
Wallohu A'lam