Malam ini karena terbangun dari tidur (nglilir : jawa) dan kebetulan mendengarkan siaran live RRI Pro 3 yang membahas keputusan MK dan mengundang variasi komentar. Ada yang dari kalangan sepuh (dari suaranya memberikan komentar), senior dosen bidang politik, warga biasa hingga kalangan milenial yang kebetulan dari Bogor masih berusia 18 tahun sebagaimana pengakuannya. Sang milenial ini memberikan value yang agak mencengangkan yakni : politik atau demokrasi Indonesia mau dibawa kemana dan jangan hanya menuruti kemauan elit global yang akhirnya familier dengan sebutan oligarki. 

berbagai tanggapan via onlinenews

Menurut cahpondokkan yang selama ini juga bergaul dengan kalangan milenial seusia pemuda tersebut, rata rata masih awam atau asing dengan istilah oligarki. Bahkan pemuda itu berani menyodorkan jawaban tajam, apakah ini untuk kepentingan Mas Gibran ?.Yahh, namanya juga siaran live dan sistem telepon dengan langsung (interaktif) serta siaran ini bisa didengar seluruh wilayah bahkan manca negara.

Hanya terkadang menyisakan pertanyaan, kenapa RRI tidak atau bahkan tak menyiarkan warta tentang Ghaza, Palestina dan seputar nya ?. Beda dengan perang Teluk dulu (era 90-an), berita langsung tentang perang kadang RRI adalah terdepan. Okey sobat yang budiman, kembali ke laptop lagi. Banyak yang pro kontra terhadap incumben (calon) yang setelah MK menayangkan putusannya, sasaran atau obyeknya adalah terkait pilihan cawapres yang masih waiting list untuk 2 koalisi besar yang satu oleh GP (ganjar Pranowo) dan satunya PS (Prabowo Subianto). Maklum bergulirnya putusan ini amat dekat dengan batas pendaftaran calon RI-1 serta wakilnya RI-2. Kenapa tak kemarin kemarin ?, sebagaian pendengar (listener) menanggapi dengan pertanyaan ini.

gambar sederhana tapi viral

Imam Sholat Pilih Yang Bagus Apalagi Cawapres, diangkat tema karena ada komentar tegas dan lugas seorang Ibu (kalau tak salah dari Padang) bahwa memilih pemimpin itu sederhana prinsipnya. Buktikan dulu saat memimpin bagaimana dan di usia berapa, lalu beliau mengaitkan usia 40 apakah sudah mampu memimpin taruhlah semacam instansi atau birokrasi ?. Jadi  tak usahlah dengan tetek bengek konstitusi atau aturan yang dirubah rubah. Dari komentar ibu inilah akhirnya cahpondokkan memperoleh ide buat menorehkan idenya dengan memasang seperti judul diatas. Yakni jika untuk imam sholat (khusus muslimin) saja diusahakan pemilihan dengan : skill masalah bacaan, wawasan tentang sunnah (syarat tambahan), wawasan tentang hukum bacaan, wawasan tentang dinul islam sejauh mana, hingga usia memang menjadi pijakan terakhir. Artinya, jika kemampuan dan wawasan semuanya sama, barulah usia walaupun selisih jam tetap menjadi prioritas utama. Hasil akhir diharapkan memang mendapat imam sholat yang mendekati ideal berdasarkan syarat syarat yang obyektif dan diterima.

Lalu tiba tiba muncul ide untuk membuat ketentuan yang sudah lazim (seperti usia-40 th) akan tetapi muncul tambahan pernyataan yang awalnya sama sekali diluar ketentuan itu. Apa itu ? yakni pernah menjabat sebagai kepala daerah meskipun usia belum atau sepadan usia 40 th. Harapan warga seperti yang disampaikan pada live tersebut, yakni MK menerima atau menolak saja, jangan membuat sebuah ketentuan yang seperti orang memodifikasi mesin. Berubah dengan tiba tiba dalam waktu yang amat cepat, entah pengaruh demo mahasiswa UNS atau akibat materi materi lainnya yang sifatnya diluar kewenangan MK. Atau secara hubungan keluarga kebetulan ketua MK masih ipar dari RI-1 yang belum lama melangsungkan pernikahannya di Solo ?.

Terus terang salut dan apresiasi positif buat pemuda Bogor tadi yang secara head to head mengarahkan live RRI yang kesannya malu malu dengan kritikan namun berubah view dan aroma yang cair mengalir bagi para pendengar seluruh nusantara dengan variasi komentar yang cukup membangun. Itu semua akibat penyataan dari pemuda 18 tahun tersebut, kemungkina juga masih berstatus mahasiwa, Akan tetapi insya Alloh RRI Pro-3 akan merecord acara ini dengan baik apalagi sistem digital saat ini mudah didapatkan dengan aplikasi atau software.