Menjelang dan berlangsungnya Dirgahayu HUT Indonesia ke 78, ada fenomena unik di media sosial untuk barisan atau bahkan pengamat politik di negri +62 atau Indonesia. Yakni sudang menghilang panggilan ala medsos cebong dan kadrun. Sejak cawe cawe nya penguasa rezim saat ini untuk pemilu ke depan, nampaknya beliau presiden lebih atensi ke koalisi baru Prabowo Subianto (PS). Bahkan undang undang atau bentuknya apa sedang disiapkan untuk cawapres bisa minimal 35 th. Tentu ini akan ditujukan kepada walikota yang saat ini masih aktif, agar kebijakan selama memegang tampuk kekuasaan masih eksis atau berlangsung. Era Cebong Kadrun Berakhir Muncul Era Dayak cahpondokkan jadikan menu (tema) mengingat memang sedang terjadi di hampir semua media sosial dan cukup kentara sekali perbedaan bahkan mengarah pertentangan antara yang pro IKN (Ibu Kota Nusantara) dengan yang kontra (tidak menyetujui). Terakhir tadi malam, masing masing sudah unjuk kekuatan terutama pihak Panglima Jilah (PJ). Sementara pihak lain Panglima Pajaji (PP) yang minim anggota berfokus ke kekuatan personal, yakni beliau sendiri yang klaim punya kekebalan khusus.

sumber persetruan yang akhirnya dayak jadi 2 kubu

Era Cebong dan Kadrun sebatas ramai karena satu pendukung penguasa , sementara kadrun dilabelkan pada oposisi yang cenderung banyak mengkritisi kebijakan yang sedang berlangsung. Baik yang sudah sudah atau akan berlangsung. Tak tanggung tanggung, kritikan dengan logat cenderung kasar nampaknya akan berhadapan dengan hukum setelah video profesor RG beberapa hari lalu. Kebanyakan netizen memang mengiyakan niat baik RG akan tetapi bahasa yang dipakai melampaui batas ketimuran, lebih tepatnya pantas untuk yang sedang berkelahi. Nampaknya efek sampaian RG ini memantik suku Dayak yang digawangi PJ karena memang telah akor dengan irama penguasa yakni proyek IKN. Sementara PP yang kontra tak kalah unjuk gigimya yakni penentangan dengan kalimat demi kalimat yang tegas. Selamat tinggal Jawa dengan cebong kadrun dan welcome atau selamat datang PJ dengan PP.

Blog ini tak perlu menampilkan bentuk kontra produktif PJ dengan PP secara visual. Para pembaca dipersilahkan sendiri dengan sangat mudah akses kedua pihak yang saling seteru. <asih terngiang ingatamn kita akan ponpes Al Zaetun Indramayu, sekarang tambah lagi fenomena Kalimantan. Memang harus diakui masuk periode kedua rejim JKW, aneka perbedaan yang harusnya bisa diredam justru tambah meruncing bagai pisau tajam yang sedang diasah keduanya. Apakah ini pembiaran atau kesengajaan ?. Sementara cahpondokkan sering nyimak berita berita di radio memang ajakan, himbauan presiden rasanya dan seakan akan mengajak kepada toleransi, kedamaian, kebersamaan. Ataukah pembantunya yakni menkoinfo yang sengaja membiarkan video video antagonis yang rasanya bisa mengarah perpecahan bangsa juga dibiarkan mengalir ?. Unjuk kekuatan secara fisik, kekuatan, kekebalam dan semacam nya justru berasa kembali ke zaman jahiliyah, dimana kekuatan atau power itu diukur dengan kekuatan massa serta kedigdayaan senjata ?.

Sudah semestinya melihat perkembangan sikondom (situasi, kondisi, domestik) negri +62 para wakil wakil rakyat segera turun tangan bersama aparat keamanan. Sudah cukup membahayakan karena sudah saling ancam. Jika Cebong Kadrun hanya sebatas cela mencela bahkan saling ejek, itu masih sebatas kata kata verbal meski juga mengganggu juga. Akan tetapi unjuk senjata dan kekuatan antar 2 kubu yakni suku Dayak di Kalimantan sangat beda gangguannya. Gendang peperangan seakan akan tinggal saling nunggu komando saja.  Akankah audio video terhadap kubu kubu yang bersebrangan ini akan dibiarkan ?. Ditunggu responsif masyarakat serta pihak pihak yang terkait. Ingat lah tragedi Sampit, atau Ambon atau Poso. Entah siapa salah siapa benar, akan berjatuhan korban. Penulis sendiri pernah memiliki karyawan (saat masih aktif di zipproduction jogja) mantan pelarian Sampit yakni seorang wanita. Beliau bersama anak semata wayang masih kecil berhasil keluar dari prahara tersebut dan sekarang tinggal di Jogja. Tentu kisah sedih pilu selama perjalan keluar dari arena mencekam hingga bisa naik ke kapal untuk menuju Jawa adalah perjuangan yang tak akan terlupakan olehnya.

Belajar dari kisah ini dimana seorang utusan Alloh SWT ketika sedang berkecamuk konflik baik dengan pasukannya serta musuh Beliau tampil sendirian dan maju sendirian dan akhirnya membuahkan hasil yang tercatat dalam berbagai kancah historis seorang emimpin sekaligus panglima yang sangat pemberani.