Masih dalam rangka mengisi sebulan kajian robiul awwal majelis rouhah masjid riyadh Solo menyajikan bahasan keberanian rasululloh SAW (Asy-syajaa'ah). Meski menyatu sifat keberanian itu dengan kesabaran dan dermawan, namun yang diambil yang pertama saja dulu yakni sifat keberaniannya. Sebab bilamana diambil semuanya 3 sifat tersebut terlalu panjang. Yang unik diluar materi adalah, dilibatkannya lulusan baru habib dari Yaman yang menjadi narasumber (pembahas) dalam bahasa yang umum yakni fresh graduate. Sangat kelihatan tutur kata yang masih agak kurang teratur, maklum di Yaman mereka terbiasa dengan bahasa arab. Seolah forum maulid ini untuk latihan pengkaderan. Yang biasa jadi narasumber semacam Habib Umar Asegaf dan Habib Asyakir Al Habsy keduanya menjadi pendengar (mustami') sambil mengoreksi bila ada kekurangan. Mungkin inilah diantara ide untuk mempersiapkan sejak dini karena narasumber senior makin bertambah jadwal kajian (mengisi) di tempat lain. Ini menambah kekayaan khasanah keberanian pahlawan sebelumnya.

bukit uhud (sumber : okezone haji)

Langsung materi inti, keberanian ini ungkap kitab sayyiduna Muhammadin adalah keberanian batiniyah, namun tidak musti langsung dilakukan tergantung kondisi. Yang pasti tak ada sifat pengecut atau khianat diri rasululloh SAW. Untuk urusan pribadi, jika beliau korban kedoliman bahkan disakiti, maka masih bisa ditunda baik pembalasan bahkan memaafkan. Namun untuk urusan kebenaran (dinul islam) terekam atau termaktub dengan cukup untuk contoh contoh yang bisa diambil pejarannya di kitab tersebut. Pertama saat terjadi suara gaduh yang mencekam di seputar Madinah, beliau tanpa menunggu teman atau sahabat, langsung berangkat sendiri ke kawasan yang membuat warga panik atau menakutkan.  Usai dari lokasi dugaan gaduh baik tsb, Beliau langsung umumkan keadaan bisa dikuasai dan silakan kembali ke rumah masing masing. Umumnya terjadi baik tengah malam atau dinihari, beliau lakukan dengan sendirian.

Kejadian kedua, saat perang Hunain yang oleh Al Quran besarnya jumlah pasukan muslimin yang berangkat seperti menimbulkan sikap kesombongan (kepedean : jawa) justru Alloh SWT jawab : tak ada manfaat sedikitpun dg jumlah kalian yang besar. Ternyata jawaban Alloh SWT berefek di lapangan secara langsung, yakni sedikit sifat kesombongan itu  saat memasuki kawasan Hunain justru langsung dipukul mundur dengan mudah oleh pemimpin mereka Malik Atsaqofi (di akhir perang hunain Malik ini akhirnya justru masuk islam), karena permaafan rasululloh SAW serta pemberian rampasan atau ghonimah yang cukup banyak jumlah nya, yakni tiap tokoh menerima tidak kurang 100 unta yang akhirnya dikemudian hari disebut ashabul mi'in (penerima harta sejumlah 100 ekor)

Di saat down yang berat, yakni pasukan muslimin dg jumlah melebihi pasukan Hunain mundur dan mengambil tempat untuk standby sementara tampillah rasululloh ke medan depan sendirian. Akhirnya rasululloh SAW yang tampil sendirian tsb  dengan mengendarai bigholnya (besarnya seperti keledai) dengan suara lantang maju ke barisan musuh sambil berseru :

* Anannabiyyu Laa Kadzib   :    Aku ini Nabi - Tidak Dusta

* Ana ibnul Muthollib            :    Aku putra bani Mutholib

Dengan menerobos barisan musuh secara sendirian serta suara lantang, akhirnya membuat suasana down menjadi gelora semangat tumbuh kembali dengan energi yang berlipat. Dan akhirnya, dengan slogan 2 kalimat beraroma syair pembangkit semangat diatas dengan ambil nama yakni nama kakeknya, akhirnya Hunain bisa ditundukkan meski tetap ada perlawanan dengan sengit. Kenapa nama kakek Nabi SAW digelorakan ?? Karena antara Hunain dengan Makkah dulunya bersahabat erat. Ibarat tubuh, sehat musti dua duanya. Sakit juga harus dua duanya. Dan saat itu ikatan emosi 2 wilayah terkondisikan oleh Abdul Muthollib (kakek nabi), sementara nama ayah bisa dikatakan kalah pamor (kalah set, dalam bahasa jawa). Sebab ayah nabi Muhammad SAW wafat sebelum nabi lahir.

Contoh terakhir, mungkin inilah satu satunya musrik makkah yang dibunuh rasululloh SAW saat perang Uhud karena memang ada sebab khusus. Sekali lagi, meski rasul SAW perang berkali kali akan tetapi hanya 1 nyawa saja yang tewas di tangan beliau. Sementara korban korban dari musuh musuh islam tetap didominasi oleh eksekusi para sahabat.

Sebab khusus ini adalah, saat Ubay bin Kholaf menebus tawanan Badar di Madinah. serta sesumbar bahwa ia dg kudanya ini akan menghabisi anda wahai Muhammad. Imam Baihaqi meriwayatkan dari Urwah bin Zubeir RA : Ubay mengatakan, aku tak akan selamat bila Muhammad masih hidup (masih selamat).

Lalu Nabi SAW umumkan dengan intonasi tinggi :

salinan kutipan pengumuman Nabi

Dengarkan wahai segenap pemuka Quraisy, demi Dzat Yang telah Mengutus Muhammad di tangan Nya, kalian dengar semua hari ini telah datang ancaman pembunuhan, yakni justru kalian yang akan terbunuh (yakni ubay bin kholaf nantinya).

Giliran setahun kemudian terjadi perang Uhud, maka Ubay bin Kholaf konsen dengan mencari target khusus yakni N. Muhammad SAW, padahal rasul SAW juga terdepan di barisan pasukan muslim. Akhirnya para sahabat persilahkan Nabi SAW untuk perang tanding dg Ubay bin Kholaf. Masih ada beberapa jarak, rasul SAW akhirnya melempar panah atau lembing dan langsung tepat mengenai leher Ubay. Yang ia rasakan bukan luka di leher saja, akan tetapi seluruh tulang rusuknya seakan patah. Saat ia mengaduh sakitnya yang parah, teman temannya mengatakan " lukamu cuma di leher " kenapa seperti mau mati ?. Kontan dibantah Ubay, andai dengan ludah Muhammad saja, maka semua yang kena ludah Muhammad akan tewas. 

Segera setelah perang Uhud usai, dan rombongan pasukan musrik Makkah pulang, sesampai di Syarif sebuah nama yang cukup dikenal orang arab saat itu, Ubay bin Kholaf menghembuskan nafas terakhir dalam keadaan ingkar kepada Alloh SWT dan rasul Nya.

Nas-alulloohal 'Aafiyah