Seorang profesor yang bernama Roky Gerung (RG) yang tak asing lagi di kancah dunia perdiskusian baik media televisi atau sosial nampaknya sedang ditimpa  bulnas (bullian nasional). Tabiat bicara dengan ringan, ceplas ceplos meski ini afak kurang berkenan dengan view masyarakat kita (sebagian saja). Cahpondokkan tetap menyukai view itu, sebab dari sekian puluhan juta masyarakat baligh (dewasa), kadang momen itu cukup membantu juga, yakni cukup kritis. Tak semua orang memiliki cukup keberanian, meski yang disaksikan di depan mata sebuah kesalahan bahkan kedoliman.

Berbagai reaksi muncul antara pro dan kontra (hal yang sunnatullah terjadi). Ungkapan yang dinilai kasar dan mengganggu yakni kata kata yang diucap mrmang cocok buat mereka yang berkelahi di malam hari. Mungkin baru kali ini, kata kata yang dianggap kotor/ jorok muncul di permukaan dan disaksikan pemirsa hampir seluruh masyarakat lapisan apapun. Dilihat dan materi kritikan profesor inii sebenarnya cukup logis, karena yang disampaikan menyangkut kebijakan, keputusan dan langkah faktual dari sebuah kekuasaan yang kebetulan memang akan berakhir tahun depan.

Berbagai reaksi, wajar sebuah dinamika yang penting tidak ada reaksi pengrusakan atau tindakan represif mengingat ucapan dari seorang Guru Besar itu untuk ukuran negri merah putih ini melampaui batas, lepas dari anggapan RG justru sebuah keberanian. Paling tidak, hal ini bagian demokrasi yang saat ini sedang alami degradasi atau penurunan kualitas.