Entah karena apa, akhir akhir ini ditunjukkan fenomena berkaitan dengan peran alm KH Idris Jamsaren. Mursyid tarikat Syadzili yang mashur di Indonesia kebetulan memang mukim di Solo Jawa Tengah. Di ponpes Jamsaren masih ada prasasti tentang eksistensi pondok ini sejak almararhum berkiprah sekitar tahun 1870 an (ada di dinding pondok selatan masjid).

Berawal dari tulisan tentang makam kyai idris solo yang berdekatan dengan makam alm KH Sirodj Panularan Solo (tmp tinggalnya selatan SMA Al Islam 1 Jl Honggowongso. Tak berselang lama tulisan tsb diterbitkan, ada perbaikan dari pihak CAGAR BUDAYA yang meliputi room (wilayah makam slm KH Idris) serta room alm KH Sirodj Panularan Surakarta. Maka tulisan ini merupakan tulisan kedua tentang dan perihal alm KH Idris Jamsaren. Di selatan room makam alm KH Sirodj Panularan terdapat makam alm KH Ahmad Musthofa yang wafat 1997, kami kira itu adalah putra alm KH Abdussomad Nirbitan yang ikut direhabilitasi pula. Yakni dengan pemberian nama serta merapikan dengan memberi batas batas meski hanya dengan batu bata.

ponpes jamsaren sejak PB IV - PB X

Ada beberapa dorongan atau spirit untuk menuliskan lagi tentang fenomena alm KH Idris di era milenial ini diantaranya adalah bertemunya cahpondokkan dengan beberapa para penggemar ziarah ke makam beliau. Baik ziarah rutin oleh para jamaah thariqoh Sadzily dimana alm KH Idris Jamsaren aebagai mursyid yang masyhur dan muktabar (legitimate) di Indonesia sebagai tonggak penerus tongkat Abu Hasan Asyadzily. Sebagai bentuk ta'dzim atau penghormatan para Guru Guru dalam jalur thariqoh tersebut.

Atau sebagai gemblengan batiniyah, yakni ziarah di tengah malam di makam alm KH Idris. Biasanya buat mereka yang sedang hijrah baik dari non muslim atau hijrah perilaku sebelumnya (preman, pelaku maksiyat dan semisal). Kisah ini cahpondokkan dapatkan dari seorang bernama HN (inisial saja) sales toyota Nasmoco Solo. Muallaf ini 2 tahun lebih kurang beegabung di Basecamp Abah Ali Takmirul Islam Mangkuyudan. Sebagai ribath (pengajaran) awal sang mualaf itu diharuskan berziarah ke makam alm kyai Idris Kacangan Sragen dan makam KH Idris Jamsaren. Apakah ini bagian dari madrasahnya tariqat Sadzily ? Karena memang 2 nama Idris yang masing masing Guru (Mursyid) dan Murid (santri).

Mengomentari mereka yg berdiam diri di makam tengah malam, musti jangan buru buru bahwa itu keluar syariah. Namun lebih ke tadabburiyah ttg makna hadist 7 golongan yang akan dapat naungan (dzillun) di mahsyar. Satu diantaranya, seseorang yang mencucurkan air mata di tengah malam menyadari akan khilaf, dosa hingga taubat. Sulit zaman now jika di situasi normal rumah yg banyak kesibukan (HP, televisi, telepon, keluarga dll). Dengan mengkondisikan di makam, bisa jadi membantu dari 1 golongan ini. 

Bisa jadi ini akan membantu saudara HN yang mualaf kala itu, dan mempercepat proses makna batiniyah yang hijrah dari non muslim menjadi muslim yang utuh.

Wallohu A'lam