Awal bulan Oktober tepatnya tanggal 4 tahun ini (2021) ada turnamen tenis meja untuk usia minimum 45 tahun yang tergabung dalam wadah Silavera (Silaturahim Veteran Surakarta). Setelah vakum selama setahun karena PSBB dan PPKM akhirnya tergugah para pengurus untuk adakan acara rutin dwi bulanan ini, dengan kategori peserta dari Solo dan sekitar (Sragen, Boyolali, Karanganyar, Sukoharjo). Dikemas dengan manajemen secara rileks dan santai serta semangat seduluran selawase karena masuk ranah komunitas satu hobi, menjadikan Silavera menjadi even klangenan tersendiri. Penyelenggara saat itu adalah PTM Jatikuwung Kecamatan Gondangrejo dengan pemangku (tuan rumah) adalah Bp Yanto selaku anggota DPR kabupaten Karanganyar yang kebetulan penggemar tenis meja juga. Tanpa pemberitahuan dari panitia, ternyata hadir wakil bupati serta ikut dalam turnamen tersebut. Tentu kehadiran beliau menjadikan peserta dan penonton menjadi surprise tersendiri. Dan juga beliau ikut pertandingan juga dengan mengambil pasangan Bp Bowo yang tentu Bp Bowo termasuk nominasi (unggulan) di Silavera. Tak salah juga wakil bupati ambil partner sebagai pasangan ganda sebagai pasangan gendongan (1 menggendong lain). Ada pasangan gendongan lainnya yakni dokter Tanto, yang bertugas di PKU Kartasuro yang ambil pasangan Bp Bowo juga. Sementara tuan rumah, tak ketinggalan ambil penggendong yakni Bp Eko atau Bp Oke juga. Bp Eko cukup familier di kalangan petenis meja surakarta kelas veteran pada umumnya, mengingat ia sering berposisi memperoleh podium juga (juara 1 hingga juara 3 bersama).

bapak rober memakai baju batik

Ada pemandangan yang unik dan tak biasa khusus bagi cahpondokkan, saat acara yang sudah berlangsung sampai tengah hari dan di hentikan sementara karena ada pembukaan dari bapak wabup karanganyar selaku wilayah turnamen berada dan juga dari panitya. Dan secara gegap gempita serta semangat sportifitas tinggi pak wabup membuka acara dengan ucapan salam sebagai tanda pembuka. Hampir semua hadirin menjawab salam tersebut baik 1 kalimat atau lengkap. Penulis yang juga sebagai peserta mewakili kompaq-pong tipes solo belum menjawab ucapan salam itu dan kebetulan ada kawan yang tahu itu karena kami memang sudah akrab sebelumnya. Ia tanya : lo kok gak jawab salam ?. Langsung cahpondokkan respon, itu salam struktural sambil melirik nama Rober atau mungkin Robert. Sebagai pejabat publik, sebagai tokoh masyarakat apalagi pimpinan wilayah menyapa warga tak salah dengan ucapan selamat datang dengan salam bahkan dengan bahasa agama lain pula yakni ucapan selamat dari Hindhu (tidak ingat yang diucapkan). Salam struktural atau bisa dikatakan salam formal karena menyangkut pejabat publik serta publik yang hadir bersamaan dalam kegiatan atau acara.

Sementara cahpondokkan belum menjawab ucapan salam itu, karena dari namanya di banner atau papan nama tertulis Rober Cristanto.  Pengertiannya namanya adalah rober atau robert, yang umumnya dimiliki oleh kalangan nasrani. Sementara H bisa singkatan lain juga. Sesudah upacara pembukaan akhirnya sambil tanya sana sini ternyata rober adalah : Romadhon Berkah yang akrab disapa Rober.  dan keluarga besarnya tokoh muhamadiyah di Tasikmalaya Jawa Barat. Tentu ada penyesalan kenapa tak menjawab ucapan salam tsb, akan tetapi dimaklumi juga dari nama yang tertera terkadang muncul persepsi yang terlalu cepat respon dan respon cepat  ini belum menjamin kebenarannya. Sebagaimana pernah ditulis disini   tentang persepsi sebuah kejadian di depan mata, ternyata persepsi para sahabat nabi SAW itu keliru semua. Bahkan sangat tegas Nabi Muhammad SAW mengatakan kepada mereka : dusta semua kalian sambil membantah berita yang beredar saat itu yakni kematian diantara mantan hamsa sahaya Nabi SAW yang dikira parasahabat mati bunuh diri. Ternyata sang mantan hamba sahaya ini sebagai syahid, karena memang ada kesalahan saat penyerangan kepada musuh/ lawan nya.

Ada apa dengan Salam Struktural Dan Kultural Tenis Meja Silavera. Tulisan ini didasarkan pada kejadian/ even yang hampir sebulan lalu dan akhirnya menjadi sebuah bahasan sedikit unik. Sebab, jika yang mengucapkan salam bukan muslim tentu akan lain cerita. Berlaku salam struktural (versi penulis saja) dan salam kultural di sisi yang lain. Meski ucapan salam yang sederhana bila diucap Assalamu'alaikum , namun itu bisa panjang pembahasannya. Bukan sembarangan ucapan itu, karena dalam kultur islam ucapan salam adalah ucapan yang berisi do'a dan hanya berlaku sesama muslim. Mendengar penjelasan tentang salam itu, teman saya cukup tersenyum simpuh, bisa aja njenengan Pak Pul.....hehehehe, jawab cahpondokkan sambil menikmati jajanan sisa pagi hari serta es teh yang cukup segar siang itu.

Memang antara struktur dan kultur ini memiliki pandangan dan arti khusus jika tak bisa membedakan, kapan harus bersikap sebagai struktur dan kapan menghadapi suasana kultur. Kesalahan atau kebenaran secara struktural mudah dipahami, asal sesuai prosedur sudah cukup untuk sebuah urusan atau banyak urusan. Sedang kultur ? bisa panjang akibatdan efeknya. Kultur itu terkadang susah dituliskan atau didiskripsikan dengan kata kata, namun itu berlaku secara universal dan diakui secara umum. Meski mengucap salam di kalangan muslim adalah kebolehan atau sunnah dalam bahasa fikih, namun menjawab salam adalah masuk kewajiban yang harus dilakukan dengan seimbang, minimal sesuai ucapan salam nya. Dengan melengkapi salam ? jauh lebih bagus dan berlipat reward (pahala) bagi yang menjawa serta yang mengucap salam. Dalam bahasa sunnah, hingga lipat 30 kebaikan karena salam sendiri dikenal 3 tingkatan.

sambutan bapak wabup di silavera

Tingkatan pertama yakni  minimal (1 kalimat) : Assalamu'alaikum. Tengah tengah : Assalamu'alaikum Warohmatulloh (2 kalimat). Terakhir adalah dengan jawaban : Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarakatuh (3 kalimat, secarasempurna). Ini kultur atau kebiasaan yang sudah sangat dikenal dan memang diajarkan utusan Alloh SWT disamping ucapan Alhamdulillah sebagai rasa syukur dan ucapan rasa syukur ini dengan keadaan apapun, tetap maqbul (diterima oleh Alloh SWT) karena mengandung makna syukur yang lebih jauh.

Sebenarnya dalam ajaran Islam, tak mengenal struktur atau kultur itu sendiri. Namun sekali lagi, situasi di Indonesia itu unik dan sulit secara murni dalam pelaksanaan. Ada kultur kultur yang bilamana salah satu ditinggalkan akan menjadi bahan pembicaraan, contoh ucapan pejabat lupa ucapkan salam, sementara diketahui ia bukan muslim. Sebenarnya syah syah saja dan ia merasa kurang pantas karena ucapan itu milik umat islam. Akan tetapi di belakang hari bisa jadi pembicaraan, pak pejabat meninggalkan kulur yang selama ini ada.

Wallohu A'lam