Membaca berita seputar pemilu di negri merah putih (Indonesia) memang selalu unik dari masa ke masa. Meskipun aturan untuk limitasi (pembatasan atau ke tingkat penghilangan) politik uang sangatlah tidak mudah. Dari yang nilainya recehan (pengalaman satu diantara caleg yang minim dana) dan memang tak lolos sebagai anggota dewan periode 2019-2024. Belaiu memang resmi mendaftar dengan modal banner di seputar masjid tempat ia tinggal karena keterbatasan dana baik secara pribadi serta partai yang diusung. Tiap hajatan katakanlah dengan slogan pesta demokrasi, tetap ujung ujungnya mereka yang mendaftar sebagai caleg baik lokal, provinsi hingga pusat musti menyiapkan dana yang tidak sedikit. 

Silakan cek sendiri rumor hingga gossip untuk Lurah berapa sih besar modal diperlukan, hingga bupati atau walikota hingga gubernur. Terakhir untuk pemilihan capres serta cawapres. Mungkin hanya pemilihan OSIS tingkat SMP atau SMA yang memang benar benar nuansa pemilihan bisa dilangsungkan secara demokratis (bebas sesuai pilihan) meskipun ajakan antar teman teman tetap ada. Akan tetapi belum sampai ke tingkat penggunaan dana untuk mewujudkan sesi atau acara pemilihan calon sang ketua. Mari simak gambar screenshot berikut ini :

sumber kompas.id edisi 10-01-2024

Secara lengkap tentang uraian gambar diatas bisa disimak portal berita ini yang menjelaskan tentang informasi tersebut. Sekarang era berita dan informasi bahkan keadaan baru baru ini tentang perang di jalur Gaza saja dengan mudah disimak hingga durasi serta waktu yang dimaksud, Termasuk informasi seputar pernak pernik dunia pemilihan umum di Indonesia. Meski tak semua bisa diperoleh, namun tetap informasi sebagian mudah di dapat apalagi pemilu kali ini mengedepankan aspek media sosial sebagai wahana penyampaian informasi baik debat hingga hari H coblosan sampai penghitungan hasil nanti. Dan lebih maju lagi, anak anak sekolah hingga SLTA sudah paham bahwa dunia uangisasi seputar pemilu itu memang ada dan nyata. Knapa demikian ? karena sebagian mereka andil dan ikut lomba olah raga yang didanai salah satu tim sukses capres dan cawapres dan pulangnya diberikan souvenis kaos yang bergambar capres/ cawapres tersebut.,

Secara pribadi anak sekolah SLTA ini memang ikut lomba dengan harapan menang dan prestasi kejuaraannya meningkat, minim nambah jam tayang tanding. Dan ia paham betul siapa pendana lomba ini semua karena dilakukan secara gratis bahkan di lapangan disediakan akomodasi tambahan (makan sekali bagi peserta lomba serta penonton). Dilihat manfaat nya masih jelas jelas ada dan memberikan tambahan prestasi kepada mereka yang andil. Namun ini adalah sekilas acara bukan mewakili dan menyentuh hakikat pemilihan calon pemimpin yang dimaksud. Dan secara komunitas, acara acara seperti ini memang selalu diharapkan, mengingat dunia lomba itu juga memerlukan operasional di lapangan. Tidak semua siap dengan sikon semacam ini. Dan komunitas ini bukan representasi dari persoalan masyarakat di indonesia yang amat komplek. Meski sekalil lagi ada efek positif bagi para peserta yang ikut di even tersebut.

Pemilu Untuk Milih Pemimpin Atau Penggalangan Dana, sengaja cahpondokkan angkat ke tema tulisan karena siang tadi tak sengaja bertemu si caleg yang gagal saat sholat dhuhur di masjid Kartopuran Surakarta. Sebelum dhuhur ada kampanye untuk pasangan calon dari 01 di gedung umat Islam dengan menghadirkan seorang guru besar (profesor) yang menjadi dosen di kampus di salah satu kampus di Solo serta beberapa tokoh yang sudah familier di kota Solo. Sebut saja senior Bp Mudrik Sangidoe yang kenyang pengalaman lintas orde, Dr Taufiq SH MH (advokat dan dosen hukum) dll. Tentu acara di gedung umat Islam ini sesuai dengan kemampuan panitia serta tak ada gebyar pembagian hadiah, doorprize dll. Sang caleg gagal tsb hadir di acara itu kebetulan menghindari acara di kampungnya yang kebetulan ada pembagian hadiah/ doorprize besar besaran dari barang elektronik hingga kendaraan roda 2. Meski di kampungnya ada even yang temanya berbagi, namun beliau lebih memilih hadir di even yang sama bahkan kering dari hadiah hadiah.

Ahh ini mah terlalu idealis ?.....sesuatu yang langka di era serba materialistis ini. Jika dikatakan demikian, maka kita sebagai masyarakat lebih malu saat warga Gaza dan Palestina sudah berjuang habis habisan baik harta serta nyawa agar ingin bebas dari penindasan zionis ?. Harapan besarnya, pemimpin mereka yang berjuang saat ini kebetulan dengan jalan perang akan dikatakan sukses di masa mendatang, yakni  dengan lepasnya  dari cengkraman dan penindasan zionis. Dan ini hanya bisa berhasil jika pemimpin yang dipercaya saat ini memperjuangkannya sepadan dengan pengorbanan masyarakatnya. Dan ternyata perjuangannya tiada henti lewat lebih kurang 3 bulan masih bertahan.  Ini sebuah sampel yang saat ini cukup sahih dari sebuah permisalahan atau persoalan yang nyata nyata di lapangan.

Teologi atau dasar kepemimpinan tak lepas dari profil atau jatidiri pemimpin yang dimaksud, sementara pemilu hanya sarana saja dan partai sebagai kendaraan saja. Baiklah jika demikian, baik sarana dan kendaraan nantinya ditujukan untuk memilih calon yang terdiri dari presiden dan wakilnya. Lantas jikalau sebelum hari H pemilihan (coblosan) yang terjadi demikian yakni seperti ganbar diatas juga link berita dari kompas.id itu benar, Sebenarnya pemilu secara subtansi itu tujuannya pas tidak ?.  Inilah yang terjadi dari masa ke masa, dan kapan bangsa ini akan bebas dari kungkungan model model demikian ?. Akankah hasil dari sebuah pemilihan ini akan fairplay dan netral ?. Jawabnya semua sudah tahu hanya memang sulit diungkapkan......!!!!

Wallohu A'lam