Bagi umat islam saat ini serta masa lampau (salaf) tentu kenal minim pernah dengar Imam Ghozali penyusun karya besar kitab Ihya Ulumuddin (menghidupkan ilmu ilmu agama, baca Islam). Maha karya monumental sekaligus fenomenal dan mendapat apresiasi dari masa ke masa karena beliau berhasil membukukan karya yang mengupas olah manajemen qoblu (bahasa trend saat ini) hingga 4 jilid tebal tebal. Karya yang sebagian muslim (mungkin karena baru anggapan saja) belum pernah mengikuti kajiannya, kok begitu repot mabahas sifat sifat manusia dan seputar nya dalam arti kemanusiaan secara non fisik (non basyariyah ansich). Basyariyah : Jasad secara fisik, kenampakan. Cahpondokkan beruntung menemukan kajiannya ini justru setelah tinggal di Solo, yang sebelumnya hanya tahu dari posting, screenshot, status dan lain lain yang sifatnya singkat dan pesan sebuah gambar gambar saja. Imam Ghozali yang menurut sebagian Ulama sepuh Indonesia hafal 300 ribuan hadist, dan belum masuk kategori Mujtahid. Kategori tulisan sejenis ini semisal bisa disimak tulisan berikut ini dengan narasumber yang sama, di masjid yang sama di hari yang sama yakni tiap kamis siang (rouhah).
Yang masuk kalangan ini sebut saja : Imam Bukhory (hafal 600 rb an hadist), Imam Muslim hampir sama dengan gurunya yakni Imam Bukhori. Imam Ahmad Bin Hambal (hambaly) yang hafal lebih kurang 1 jt an hadist dianggap sebagai imamnya ahlussunah wal jamaah secara aklamasi (pengantar pengajian alm KH Sahroni Ahmadi Kudus) dalam beberapa pengajiannnya di Kudus dan bisa dicari via browsing. Alm KH Sahroni, yunior dari alm KH Maemun Zubeir Rembang. Keduanya pernah tinggal di haramain (2 kota suci Makkah dan Madinah) beberapa saat dan bertemu dengan pmegang lisensi sanad Imam Bukhori yakni keluarga Sayyid Alwi Al Maliki (makkah). Meski belum masuk kategori Mujtahid, Imam Ghozali via Ihya Ulumuddin nya menunjukkan beliau amat luas pandangan serta pustaka sebagai ulama hidup pada th 450 H (1058 Masehi) dan menyandang gelar Hujjatul Islam (sang pemberi hujjah/ alasan) baik dari sudut agama (Al Quran dan Sunnah) serta logika yang benar yang akhirnya logika ini identik dengan filsafat (falsafah).
Pada kesempatan siang tadi Habib Alwi Al Habsy, masih sebagai narasumber Ihya Ulumuddin menyampaikan tentang bahaya bahaya lisan serta sifatsifat kemunafikan. Sifatsifat kemunafikan masih sebagai pendahuluan sementara penyakit penyakit lisan sudah selesai bahasannya. Dengan hujjah, dalil, sumber yang sangat masyhur yakni 2 sumber utama, beliau Imam Ghozali membahas dengan cukup dalam dan detail bagaimana sifat sifat sifat kemunafikan yang cukup banyak bahkan bisa saja menimpa semua kalangan tanpa disadari. Pada kesempatan ini, sebut saja kebaikan dan bahayanya orang orang yang memuji, beliau bisa mnguraikan dalam bentuk 4 kebaikan serta 2 hal yang membahayakan terhadap pujian. Adapun selengkapnya kajian tadi siang di masjid Riyadh yang cukup banyak hadirin yang menyimak bisa dilihat pada video link berikut ini ;
Kajian Ihya Ulumudin memang belum perlu menghadirkan kesimpulan dalam bentuk nomor (nomogram) sebab karena begitu luasnya pembahasan di kitab tersebut. Oleh karenanya mereka tak cukup menghadiri sekali dua kali majelis Ihya ini. Sebab ini masuk ranah kajian tasawuf (kebeningan qolbu) yang bobotnya pun tak kalah dengan bobot ilmu syariah (tatacara untuk dikerjakan). Bisa dikatakan sebagaimana nukilan maqolah (ucapan ucapan) ulama mutaakhhirin (akhir akhir) bahwa ;
tasawwuf tanpa syariah : sesat, sementara syariah tanpa tasawwuf : jumud/ kaku
Inilah sebagian maqolah (ungkapan secara mendalam) ulama ulama akhir zaman menanggapi beberapa telaah manajemen qolbu dari karya besarIhya Ulumuddin nya Imam Ghozali. Tulisan ini bukan resume,kesimpulan atau diskripsi nomor per nomor sebuah tema, karena akan berlanjut terus . Jikalau dituliskan dalam bentuk kesimpulan, justru membatasi kajian yang demikian luas dari karya ulama ternama zaman salafus salih (zaman dulu usai generasi tabiin).
Wallohu A'lam
3 Comments
london, welcome
ReplyDelete#france, welcome
ReplyDelete#bolivia, welcome
ReplyDeleteterimakasih sudah atensi