Waktu masih aktif di PT Wiratman Associates Jakarta dan bergelut di proyek tambang yakni Bukit Asam Sumatra Selatan, kebagian pekerjaan pengukuran untuk perencanaan mulut tambang kawasan desa Arahan wilayah Muara Enim. Lokasi survey seputaran stasiun kereta api Arahan dan sekitarnya lebih kurang seluas 100 Hektar dengan scope pemetaan global dan rinci serta penggambaran tinggi rendahnya tanah (kontur). Dengan kekuatan 5 tenaga lapangan ( surveyor ), 1 tenaga gambar dan proses serta penulis sebagai team leader. Bisa dikatakan pekerjaan relatif aman dan terkendali karena hujan turun hanya sesekali, medan bergelombang tidak begitu banyak. Hanya hutannya memang penuh alang alang berduri dan siang terasa agak panas, pengaruh dari kandungan yang ada dalam tanah. 

Prof. Wiratman pendiri PT Wiratman Assoc.

Penduduk setempat dilibatkan sebagai tenaga lokal/ pembantu yang digaji dengan sistem 2 mingguan juga tak begitu bermasalah saat di lapangan, karena report dan progres sebelum 2 minggu sudah terkirim di kantor pusat ( Jakarta ). Warga lokal hingga pejabat setingkat Bupati mengetahui rencana pemetaan ini, sehingga urusan izin dan administrasi relativ mudah. Ditambah warga yang rata rata paham bahsa jawa karena kakek dan neneknya, banyak berasal dari jawa perantauan baik saat perang atau turu temurun. Ini kedekatan tersendiri, dan sering didadapti mereka yang sering di proyek serta lokasi berada di luar jawa.

Akan tetapi sedekat dekatnya dengan warga lokal yang menjadi local labour, potensi petaka tetap ada justru dialami saat pemetaan akan selesai. Sebagai bagian orang lapanganm hal demikian dipahami ibaratnya seperti karyawan pabrik yang akan purna kerja lalu sedikit minta tambahan tali asih, dan sebenarnya dari awal sudah diberitahukan bahwa ini pekerjaan temporer/ sementara yang berkisar 2 bulan saja. Bila molor atau lebih cepat antara 1 hingga 2 minggu saja, karena anggaran kerja sudah direncana sebelum berangkat lokasi. tetapi, yahh.....kadang kadang sebagian ada yang memahami dan sebagian malah memanaskan situasi serta kondisiini sudah diantisipasi karena memang sering terjadi di lapangan. Apa petaka ini ?

lokasi proyek desa arahan muaraenim dg rel KA lama

Kira kira kurang seminggu pengukuran lapangan, gejala sudah nampak. Tenaga lokal berbeda semangat dengan awal awal pekerjaan, namun karena progres memang sudah terkejar hal hal demikian tidak terlalu berpengaruh, tadinya usai kerja jam 16.30 maju menjadi jam 16.00 bahkan lebih maju lagi hingga sholat Ashar saja. Mendekati seminggu inilah puncak atau klimak problematika alasannya menjelang 17 an yang perlu kerja bakti pula, namun anehnya upah hariannya minta penuh. Inipun juga sudah dipenuhi mengingat kita sedang di seberang. Petaka besar tatkala pagi pagi mereka bukannya membawa alat alat kerja, tetapi ada yang aneh, apa itu ?. Parang yang biasa untuk merintis alang alang di hutan menjadi parang yang penampakannya untuk perang, lebih mengkilap ( diasah ni yee ), serta ada yang bawa pisau panjang. Bekal juga tidak bawa, sepatu lapangan tidak dipakai, baju/ jaket panjang berubah jadi kaos atau baju biasa. Terjadi dialog agak panas, mereka minta bayaran dimajukan padahal masih seminggu lagi. Tentu ini menggangu cash flow, karena belum saatnya dan belum kami ajukan.

Alasan klasik muncul, khan bisa minta kantor ?. Besoknya, masih demikian juga akhirnya setalah cek kerjaan lapangan ternyata tinggal pengulangan saja dengan demikian lapangan bisa stop. Kami hanya minta data mana yang diulang dan akan kami lakukan sendiri dibantu tukang masak sudah cukup ( 2 orang ). Karena deadlock ternyata, sekali lagi ternyata mereka mengajukan data tanaman, pohon yang terkena rintisan untuk diminta ganti rugi serta jumlahnya fantastis ada sekitar 500 an pemilik disertai rincian tenaman yang terpotong. Ahirnya kami minta 2-3 hari untuk konfirmasi dan korespondensi dengan kantor, waktu itu belum ada email. Yang ada telegram/ fax dan harus ke kota Muara Enim (sekitar 15 km ), untuk ambil ATM harus ke Prabumulih sekitar 2 jam perjalanan. 

wafatnya profesor sekaligus tokoh wirausaha teknik

Daftar yang masuk saya kirim  ke kantor dan responnya kaget bukan main, karena tidak dalam kontrak kerja dan tidak ada informasi untuk itu sedang alat alat dan manpower masih di lapangan. Kami tunggu sehari agar kantor berhubungan dengan owner yakni PT BA yakni nama akrab di sepuataran Muara Enim. Esoknya ada jawaban, dan ternyata ada lampu hijau ( disetujui namun jumlah tak sebesar itu ) kalau tak salah bisa mencapai 25 juta, untuk tahun 2000 an termasuk jumlah besar sebagai anggaran extra. Apa reaksi warga yang mengadakan tuntutan ?, tidak berkenan di mata mereka. Jalan buntu menimpa kami, dan untuk mengurangi beban anggaran tim lapangan semua kami pulangkan dg sepengathuan kantor lewat jalan darat bukan dengan pesawat, dan alhamdulillah mereka yang mau pulang memaklumi. Tinggalah saya seorang diri di lapangan, dan kebetulan base camp nya ada ruangan kosong milik kantor pos Arahan, bapak Muji demikian kami masih ingat namany, dan hanya ditemani tukang masak sekaligus office boy kantor pos. 2-3 hari kemajuan dialog yang digawangi staff PT BA dan pengurungan jumlah belum ada titik temu. 

Sembari menikmati lagu lagu kenangan D'Loyd yang asal sumatra, siapa tahu ada ide. Ternyata benar, kebetulan ada lomba 17 an baik seni, olah raga dan pendidikan, serta keagamaan ( adzan, qiroah ) untuk anak sekolah. Iseng iseng saya mendaftar dengan minta tolong office boy, karena menemui panitia juga masih tenaga kami masih terbawa cuaca panas hati ( dalam ), akhirnya saya mendaftar untuk lomba : nyanyi karaoke, tenis meja dan adzan plus nitp tambahan buat kas panitya yang aslinya gratis. Pucuk dicinta ulam tiba, pas ngantuk temukan bantalnya. Kami dinyatakan boleh ikut, meski sedang ada masalah berat. Karena tak bawa bed ( raket pingpong ) saya mencoba untuk dipinjami, jelek tak mengapa yang penting ada alat.

Lomba pertama adzan dan karaoke sempat kami lampaui dengan lancar, hehehehe......jelek jelek suara, ke panggung juga okelah meski tak paham nada dasar. Dan warga sempat kaget saat saya membawa lagu wajib : Hamdan ATT, dan pilihan dengan Barat : Boulevard. Tidak ada mendahului musik atau masuk nadanya kerendahan atau ketinggian karena casette yang diputar dari aslinya. Dan ternyata, mustinya nomor 1 pun dapat. tapi yahhh....ada penyanyi lokal yang memang bagus dengan dangdut yang merupakan selera masyaratakat, kami dapat nomor 2. Adzan ? jelas nomor 1, karena dari kecil memang sudah biasa serta lagu yang saya bawa diluar kebiasaan yakni " lagu Hijaz ". Bagi Qori standard MTQ kota, lagu Hijaz tentu tak asing, hanya kalangan Murottal saja yang mungkin agak bingung karena memang beda visi dan missi.

Tenis meja ?, ini yang ditunggu tunggu karena menutup rangkaian lomba dan itu tanggal 16 Agustus. Penyisihan dapat kami selesaikan dengan mudah dan masuk babak 8 besar lumayan agak berat. Blade/ Bed pinjaman serta bukan pegangan terasa perlu waktu buat penyesuaian yang harus selesai 1 hari 1 malam pertandingan, sebab besok harus upacara gabung aparat dan warga ( pakaian bebas rapi ). Tibalah giliran babak final dan akan dilaksanakan malam usai magrib agar babak final ada jeda. Alhamdulillah, bisa masuk final dan dukungan menjadi pecah, para bebotoh/ penjudi dadakan terpecah. Saya tak terpengaruh oleh ini, karena target saya harus juara meski musuhnya  mantan juara kabupaten. Saya pakai strategi bertahan dan kept ( sinthir : bahasa jawa ), spin dan smashing dikurangi dulu karena namanya mantan, teknik dan strategi pasti dikuasai. Sama sama tahulah permainannya, skor memang 50 : 50 ( katanya warga yang bertaruh ).

buku prestasi dan karya besar Wiratman

Tibalah waktu final, saya mendapat pinjaman sepatu khusus dari gadis setempat karena punya kakaknya nganggur ( katanya gadis ini naksir saya, hahahahahah ), GR juga perlu maang padahal kami sudah menikah, tapi itulah dunia seputar proyek selalu diwarnai gossip. Babak-1 saya sempat kalah, namun inilah trik nya biar tersedot tenaganya. Babak 2 mulai keteteran sang juara itu karena saya main serang dan karena sudah panas, lumayan akurat pukulan spin dan smash jowo ( keplak atau thor ). Akhirnya babak 2 saya yang menang. Set ke 3 menentukan, karena hanya sistem 2 kali kemenangan ( 2-1 ) dengan nilai 21 ( 5 kali ganti servis ). Set tiga tepukan, dukungan, teriakan luar biasa bahkan Pak Camat, Pak Babinsa, pak Lurah hadir. Seru dan riuh rendah tiap ada nilai dan kejar kejaran terus, bedanya disini kawan....!! saya target untuk juara agar urusan mudah, sedang sang mantan ; demi gengsi. Inilah beda antara 2 permainan kami. Terjadilah Zus ( douce ) yakni sama sama nilai 20. Perlu angka 2 kemenangan, masih berselang seling hingga masuk hitungan ke 5 , akhirnya sang mantan mungkin mental turun membuat kesalahan sendiri, bola sulit nekad di spin pula. 

Akhirnya....................saya juaraa !!!!!. dengan skor 28-26 (skor lama game 21 dengan 5 point pindah servis). Sang mantan juara kabupaten merasa lemas, malu, dan dengan berat tetap menyalami saya karena inilah bentuk sportivitas pemain olah raga apapun. Malam itu, kabar sudah sampai komunitas pingpong muara enim dan katanya besok mau ucap salam ke lokasi/ base camp. Namun saya tolak semua, karena sikonnya belum pas. Nanti setelah rembug desa saja.

Tentang lomba ini saya sampaikan kawan di kantor dan insya Alloh hubungan dengan warga sedikit mencair karena juara kabupaten saya patahkan lewat final dan douce ( zus ) yang menegangkan. Dan pucuk dicinta ulam tiba, 2 kemudian PT BA undang saya dan warga untuk rembugan masalah ganti rugi tanaman. Karena prestasi sudah kami ukir di Arahan, akhirnya dialog berjalan dengan mudah dan permintaan 300 daftar saja yang disetuji kantor dari 500 pengajuan warga akhirnya disetujui dn jatuhnya kira kira 10 juta saja. Pertimbangan saya : semua daftar yang diajukan itu ada yang masih saudara dekat, kandung, famili dsb dan tak mungkin saya cek satu satu. Dengan 300 daftar, silakan diatur agar pembayaran separuh atau 12,5 juta dipenuhi. Dan karena nama kami juga didengar hingga Bupati ternyata, saat mau rapat Bupati berpesan agar dialog dimudahkan saja karena Team Leader Pemetaan telah ukir nama harum di desa, khususnya desa Arahan Muara Enim.