3 sikap yang terjadi terhadap kedholiman atau kecurangan, bisa terjadi dalam hal yang merupakan kebalikannya. Yakni dalam hal kebaikan atau kesalihan. Hal ini memang sudah tegariskan sejak lama dan termaktub dalam kitab suci (Al Quran) yang menceritakan kisah pelanggaran hari Sabbath (sabtu). Walaupun banyak sikap sikap yang lain, namun 3 sikap ini telah mewakili bervariasinya keadaan apalagi sedang terjadi kedholiman/ kecurangan. Diantara tugas atau misi diutusnya utusan Tuhan (Alloh SWT) berupa manusia juga lebih memudahkan manusia dalam mengambil pelajaran tersembunyi di balik peristiwa.

lokasi kaum sabbath (sumber : ruang renung)

Utusan ini yang selanjutnya disebut dengan Nabi/ Rosul mengemban misi, diantaranya untuk menyempurnakan/ membangun kesempuraan akhlaq kalangan yang menjadi obyek di kawan nabi itu berada hingga datanglah nabi terakhir untuk manusia saat ini hingga datangnya kiamat (akhir kehidupan). Siapa saja yg ikuti petunjuk Nabi ini akan selamat, sebaliknya siapa yang menentang akan terlaknat.

Katakanlah (Muhammad) : “Hai manusia, sesung-guhnya aku adalah utusan Alloh kepadamu semua, yaitu Alloh yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan yang mematikan, maka berimanlah kamu kepada Alloh dan RosulNya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Alloh dan kepada kalimat-kalimatNya (kitab-kitabNya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk. [QS. Al-A’rof (7): 158]

Tidak layak bila untuk membuat sebuah resume (kesimpulan) tidak ada contoh nyata, yang contoh tersebut meski sudah lama zamannya, namun karena Al Quran menyebut pasti benarnya (kecuali yang meragukan, memang perlu waktu hingga ke tahap meyakininya). Peristiwa ini terjadinya pelanggaran/ kedholiman saat diputuskannya hari Sabbath (sabtu), yakni hari tersebut aktivitas manusia (bani israil saat itu) harus dihentikan sementara untuk selanjutnya digunakan ibadah kepada Alloh SWT. Untuk menguji ketangguhan keyakinan mereka, justru Alloh SWT memerintahkan makhluk-makhluk  ciptaan-Nya berupa ikan ikan justru datang dengan volume cukup banyak, sementara sudah ada perjanjian untuk menaati perintah itu. Manusia adalah makhluq tidak begitu tahan terhadap godaan hedonis sementara, akhirnya ada yang berbuat serta membuat akal akalan. Aktivitas tetap menyembah Alloh SWT, namun membuat perangkap jaring jaring sebelumnya, segera setelah aktivitas selesai mereka bisa panen ikan ikan itu keesokan harinya. Inilah diantara kecurangan yang telah dilakukan masyarakat tersebut, yakni warga Aila yang berhadapan langsung dengan perintah Tuhan Nya

Akhirnya muncul 3 golongan yang terjadi, akibat adanya pelanggaran (kedoliman) pada hari Sabtu itu, berdasarkan informasi Al Quran.

Kelompok-1 : Melakukan Pelanggaran Sengaja, yakni membuat kecurangan yang menurut akal mereka tidaklah mengapa. Secara lahir memang tidak bekerja, namun jaring jaring yang ada di laut itu apakah tidak disebut bekerja ?

Kelompok-2, yakni berusaha untuk mengingatkan akan kelompok-1, yakni bahwa tindakan itu adalah dholim, curang meski secara kasat mata tidak bekerja secara lahiriyah. Namun memasang jaring jaring harus dihentikan, sebab murka Alloh SWT akan tiba/ jatuh dengan kontan (saat itu juga) bila telah lakukan pelanggaran (kecurangan).
Abstain terhadap kelompok-1. Sikap ini acuh tak acuh, apa urusannya dengan kelompok-1. Yang penting mereka melaksanakan perintah Alloh SWT sesuai dengan petunjuk yang telah diberikan Nya. 

Kelompok-3, yakni membuat sanggahan akan adanya kelompok-2 : untuk apa lakukan peringatan kepada kelompok-1, manfaatnya apa dan gunanya apa ?. Biar ditanggung sendiri akibat/ dosa dosanya. Jawaban Kelompok-2 ternyata cukup jitu, bernuansa panjang dan proyeksi keimanannya mantab. Yakni, peringatan itu dilakukan : agar nanti di hadapan Alloh SWT (akhirat) , sudah tidak ada alasan lagi untuk berargumen. Nasihat sudah dilakukan, Peringatan sudah disampaikan, ternyata tidak diikuti juga. Dengan mangkirnya sebagian kalangan tsb, sudah bukan urusannya alias terserah kepada Alloh SWT.
Sebelum umat Nabi Muhammad SAW, jika terjadi sebuah peristiwa besar baik larangan atau perintah atau sekedar himbauan. Lalu terjadinya pelanggaran, atau berbuat kedoliman thd larangan/ perintah itu, atau berbuat dholim terhadap yang membawa perintah/ larangan itu yang dibawa para Nabi Rosul Nya, biasanya dalam tempo tidak lama akan ditimpakan adzab bagi yang telah melakukan pelanggaran, kedholiman, atau kecurangan kecurangan. Kelompok yang selamat dalam kejadian tersebut adalah  kelompok-3, kenapa kelompok-2 tetap kena adzab ?. Yahh, karena melakukan pembiaran terhadapan pelanggaran pelanggaran yang terjadi. Hanya nanti di akhirat, semua terserah Alloh SWT tentang kelompok-2 ini. Pada dasarnya, mereka sudah sesuai perintah, hanya karena tidak berbuat sesuatu kepada saudara saudara yang melanggar tetap disisi Alloh SWT dianggap kesalahan. Cuma ketaatannya tidak bernelayan dan foikus ibadah, tetap ada nilainya mengingat asal muasal perintahnya demikian.

Bila saja, 3 sikap yang telah diurai singkat di atas buat membahas kedoliman, kecurangan dan lain lain yang hampir mirip dengan situasi trend (saat ini), apakah bisa ?. Al Quran sebagai petunjuk yang bisa dipakai siapa saja. Boleh jadi cara mengambil kesimpulannya belum sesuai, mendekati benar. Namun rujukan/ sumber yang dipakai adalah sesuatu yang mutlak benar, dan inilah yang makna tersirat bahwa Al Quran tidak melulu hanya untuk keperluan ibadah saja. Ternyata buat muamalah (hubungan sosial ekonomi), dan siyasah (politik, strategi, kebijakan dll ) juga sesuatu yang mumpuni.

Wallohu A'lam