Fenomena akhir akhir ini melukai entah : imam sholat, jamaah sholat (makmum) atau bahkan menjatuhkan bom saat tabligh (pengajian) sudah terjadi di depan mata. Juga tersebar baik informasi tulisan dan video aneka kejadian demikian, yakni terluka hingga meninggal muslimin yang sedang beribadah dalam arti ibadah mahdhoh (murni). Ujian atau fitnah tersebut terjadi zaman yang katanya moderen (digital) saat ini. Peristiwa serupa di masa risalah masih berlangsung telah menimpa bebarapa insan terbaik sepanjang zaman (sahabat sahabat Nabi Muhammad SAW) sebut saja yang paling lazim 3 khalifah rasyidah yang masyhur yakni : Umar RA (khalifah-2), Usman RA (khalifah-3), Imam Ali RA (khalifah-4). Umar RA dan Imam Ali RA wafat saat sholat, Usman RA sedang membaca Al Quran di tempat tinggalnya setelah pengepungan oleh pemberontak (bughots) beberapa hari sebelumnya. Inilah sebagian peristiwa yang terekam baik dalam riwayat atau shiroh (sejarah) yang sempat dituliskan beberapa ahli sejarah terkemuka melengkapi beberapa riwayat, yang tentunya terpisah pisah.
Pada tulisan kali ini, diletakkan pembahasan kepada keluarga Umar Bin Khottob RA yang ternyata menimpa pula kepada putranya Abdullah Bin Umar RA. Putra Umar RA yakni Abdullah Bin Umar RA termasuk sahabat yang masih muda dan teguh dalam memegang sunnah Nabi Muhammad SAW. Jejak sahabat yang masih belia ini (bagi penyimak hadist hadist Bukhori), saat Rasululloh SAW ajukan pertanyaan (selingan) untuk keakraban dengan para sahabat tentang buah apa yang demikian demikian ?. Maka Abdullah Bin Umar RA sudah tahu jawabannya, hanya karena malu (masih kecil) ia urungkan jawaban tersebut. Setelah baginda Nabi SAW berikan jawaban, buah itu adalah kurma persis dugaan Ibnu Umar RA itu. Ayahnya yakni Umar RA saat diberitahu putranya, bahwa sebenarnya putra ini tahu jawabnya, Umar RA mengungkapan penyesalannya kenapa tadi tak disampaikan. Dan jika jawaban itu benar di hadapan Nabi SAW lebih beliau (Umar RA) sukai daripada apapun yang mengisi dunia ini. Kenapa demikian ? Karena bisa memberikan rasa bahagia dan surprise bagi ayahnya. Sang ayah saja kurang tahu, sementara sang anak justru lebih tahu.
Sementara sang ayah (Umar Bin Khottob RA) tentu tak asing lagi di kalangan jagad muslim dunia. Sahabat utama sesudah Abu Bakar RA, yang dalam mimpinya Rasululloh SAW diperlihatkan sosok Umar RA memakai pakaian panjang hingga menjurai ke tanah, sementara lainnya ada yang separuh saja, atau hingga lutut saja. Dan ini menunjukkan bahwa beliau, cukup dalam ilmunya (dinul islam) dimana jejak manakib (perjalanan hidupnya) ungkapan, ide, pendapatnya sering dibenarkan oleh wahyu seperti masalah minuman keras (khomr) dan pengelolaan tawanan. bahkan Umar sesudah wafat rasululloh SAW memiliki kewalian dalam hal melihat/ menyaksikan sesuatu jarak jauh yakni saat mengomandoi pasukan pasukan muslim yang diutus ke area Irak (persi). Pasukan pasukan berada di ratusan km dari Madinah, Umar RA memberikan perintah, instruksi kepada mereka yang non jauh disana. Sebagai kholifah ke-2 serta mertuwa baginda Nabi Muhammad SAW yakni putrinya Khafsoh RA adalah diantara istri istri Rasululloh SAW yang menghiasi sebab turunnya QS At Tahrim akhir juz ke 28.
sebuah gambar peringatan yang tersebar |
Demikian gambaran singkat saja sang ayah (Umar RA) dan putranya (Ibnu Umar RA) menghiasi beberapa riwayat (hadist) serta dikupas berbagai sejarah (siroh) terkemuka seperti Ibnu ishaq, Ibnu Hisyam dll. Kemantapan imannya tak goyah hingga saat akhir akhir hayatnya dengan kejadian yang menurut kacamata awam adalah memilukan. Keistimewaannya, keduanya meninggalkan dunia saat beribadah yakni sang ayah saat menjadi Imam Sholat Fardhu Shubuh dengan peristiwa penikaman atas beliau sang khalifah ke-2 itu. Pelakunya akhirnya diketahui bernama Abu Luklu'ah Al Majusi, yang tentu saja bukan dari kalangan islam. Kematian inipun masih bisa disyukuri oleh beliau, yakni beliau meninggal di tangan orang yang jelas dengan kekufurannya dan kekuatannya menopang masih bertahan hingga 3 hari dari peristiwa naas itu. Yang jelas, siapapun sedang umroh atau ibadah haji, akan sayang sekali melewatkan untuk berziarah di makam sahabat yang terkenal julukan Al faruq dan setan pun takut dengan sosok Umar RA yang demikian tegasnya saat menjadi khalifah. Makam beliau, sesuai permintaan yang akhirnya dikabulkan oleh Aisyah RA bersanding dengan pendahulu yang mulia yakni : rasululloh SAW dan Abu bakar RA. Padahal, demikian kata Aisyah RA ia sendiri menginginkan lokasi itu bilamana ibunda muslimah dunia itu wafat. Akan tetapi istri Nabi SAW yang terkenal cerdas ini tak mungkin, tidak mengabulkan permintaan sayah Khafsoh RA itu.
Sementara putranya tinggalkan dunia saat berlangsungnya ibadah haji dimasa khalifah Umawiyah, dimana sebagai penguasa tanah suci dipegang oleh Jendral Hajaj Bin Yusuf Atsaqofi. Inilah diantara kali pertama fitnah antar sesama muslimin, fitnah dalam arti pembunuhan dilakukan oleh muslim juga dengan argumen status yakni rakyat dengan penguasa. Periode itu jelas dluar masa khalifah rasyidah (4 kholifah yang mashur dari Abu BakarRA, Umar Bin Khottob RA, Usman Bin Affan RA dan terakhir Imam Ali Bin Abi Tholib RA). Sumber yang diambil oleh cahpondokkan dari riwayat sesudah rasululloh SAW wafat (atsar sahabat) sementara sahabat sahabat yang lain pun masih ada, meski tersebar dengan tempat berlainan. Almukarrom alm KH Syahroni Kudusi pernah sampaikan ini sebagai selingan dalam kajian tafsirnya bahwa wafatnya Ibnu Umar RA karena kritikannya kepada penguasa Makkah saat itu yakni Jendral Hajaj. Saat itu sang jendral yang juga sebagai khotib dan Imam sholat jumat bersamaan musim haji tengah berlangsung. Khutbah terlalu lama hingga penghujung waktu Ashar dan Ibnu Umar RA mengingatkan akan akhirnya waktu sholat Jumat. Mendengar dan mengetahui, yang mengkritik adalah putra tokoh sahabat Nabi SAW yang juga khalifah ke-2 maka Jendral Hajaj ingin mengakhiri hidup putra Umar RA tersebut.
Dalam sejarah islam, memang jenderal Hajaj Bin YusufAtsaqofi termasuk ahli sejarah sebut dengan jendral yang kejam. Jika tak patuh perintahnya (apalagi instruksi dari khalifah saat itu yakni Abdul Malik Bin Warwan Bin Muawiyah RA) maka nyawa taruhannya. Tak terkecuali menimpa sahabat Abdullah Bin Umar RA. Di lampiran hadist ini meliput tentang percakapan akhir antara sahabat Ibnu Umar RA dengan jenderal itu, meski tak mencantumkam akhir kisah hidup dr sahabat yang mulia tersebut. Namun itulah saat
Saat terakhir yang masuk riwayat (sahih Bukhori) yakni tentang atsar atsar (jejak jejak jalan hidup) sahabat baik senior atau sahabat yunior. Cahpondokkan saat umroh dan kebetulan bisa berdialog sambil menunggu sholat jumat di masjidil harom Makkah, sengaja menyempatkan akan kebenaran informasi ini dengan salah satu jamaah umroh dari riyadh dengan campuran bahasa baik inggris dan arab, asal saling paham. Bahwasanya memang di sejarah jazirah arabia, apalagi sekitar tanah suci baik Madinah dan Makkah kisah tersebut sudah berlangsung secara turun temurun. Jika Umar RA meninggal karena terkena fitnah dengan gambaran pintu yang dijebol (dirusak) ternyata wafat saat menjadi imam sholat Shubuh. Sementara putranya yakni Abdullah Bin Umar RA wafat saat perlakuan penguasa Makkah yakni sedang ibadah Haji. Keduanya sama sama wafat dalam keadaan beribadah kepada Sang Khaliq, Alloh SWT.
Wallohu A'lam
1 Comments
#egypt, welcome
ReplyDeleteterimakasih sudah atensi