Begitu Hamzah RA menang dan sebelum beranjak untuk bergerak selanjutnya, di saat itulah Al Wahsy melemparkan kembak pribadinya dan mengenai bagian bawah perut hingga menembus kaki. itu pula serangannya tepat sasaran dan mengakibatkan Hamzah RA tidak lama meninggal sebagai syahid di kalangan pasukan Madinah (Jaisyun Nabiy). Usai misinya berhasil, Hindu mendekat jasad singa Allah itu dan merobek bagian perutnya dan diambil sebagian isi atau komponen tubuhnya meski sudah dalam keadaan tak bernyawa. Dan Al Wahsy pun usai berhasil wujudkan niyatnya, menjauh dari medan laga (perang) dengan duduk sambil duduk melihat situasi peperangan hingga perang usai hingga pasukan musrik Makkah kembali ke tempat asalnya.
Sebagai catatan yang tak kalah pentingnya, Hamzah RA kenapa begitu dikenal meski berada di tengah tengah medan perang?. Dijelaskan oleh Habib Hanif, bahwa Hamzah selalu memakai tanda bulu abu berada di kepalanya sebagai tanda pasukan yang di garda depan dan tanda ini sangat dikenal saat itu di kalangan bangsa Arab yang sedang mengadakan peperangan. Dengan bergulirnya waktu di Makkah, perang Uhud justru jumlah muslimin bertambah dan ini sempat membuat Al Wahsy berpikir dan membuat gelisah. Sebagai manusia berdarah Habasyah yang juga nurani yang baik karena Raja juga terkenal dengan sikap baik terhadap siapa pun yang menjalin, ia sadar dan menemukan hubungan untuk menemukan jiwanya setelah ini bebas sebagai budak (hamba sahaya). Dalam kekagalauannya ia mencoba pergi ke Thoif siapa tahu banyak kenalan yang akan menolong dirinya. Ternyata perkiraannya meleset, di Thoif juga sudah banyak pemeluk Islam. Dari daerah inilah cahaya muncul, ia mendapat semangat untuk segera menemui Nabi MuhammadSAW dan umpan kepadanya tanpa menunggu waktu lama lagi.
Sesampainya di madinah, Al Wahsy dengan sabarnya masih menunggu Rosululloh yang masih berada di masjid dan saat keluar ia berhasil menemui Nabi SAW secara langsung. Dialah Nabi sudah ada firasat akan ada tamu dari Madinah, dan terjadilah percakapan di luar keduanya dan akhirnya baiat Al Wahsy pun diterima. Hanyasaja begitu memang tamu itu Al Wahsy, Rosululloh pun berusaha tidak mengungkapkan langsung dengan pandangan kedua akibat itu masih akan menyebabkan kematian pamannya (Hamzah RA) di perang Uhud. Pesan Nabi akhirnya terungkap dengan masih sedihnya perasaan beliau yaitu :
Silahkan berada berada di atas yang penting kedua mata saya (Nabi) tidak melihat engkau dengan langsung)
Meski keadaannya kurang enak juga perasaannya sebagai muslim baru (muallaf), tetapi karena memang statusnya sudah baru yakni bersih dari dosa masa lalunya Al Wahsy tetap berusaha mukim di Madinah meski jauh dari jangkauan kedua mata Rasululloh SAW. Hingga ia pun masih dihinggapi kondisi bahwa Nabi pun Alami Kenangan Pahit Dengan Al Wahsy, demikian ia selalu mengucap dalam setiap hari. Akan tetapi ia tak boleh menikmati perasaan tak enak terus menerus. Ia harus tetap tegar meski melukai tuan rumah barunya, yang penting tuan rumah masih tetap membuat tetap berada di kota baru itu. Akhirnya ia menggunakan waktu waktunya di majelis Rasululloh dengan cara membuka di balik para hadirin yang ada saat itu. Terpenting adalah, kedua mata Rasululloh tidak membocorkan secara langsung. Dan ini dilakukan hingga Rasululloh SAW wafat. Setelah kewafatan orang termulia di dunia, akhirnya Al Wahsy punya azzam (niyat besar) yakni ingin membalas jasa baik Rasululloh SAW yang telah menerima apa adanya bahkan dengan janji diampuni seluruh dosa dosanya yakni ingin kembaknya agar mengenai yang paling buruk saat itu yakni siapa yang menjadi musuh Rasululloh SAW.
habib hanif mulahela (you tube) |
Di masa kholifah Abu Bakar RA dan beliau telah umumkan adanya perang melawan orang yang mengaku sebagai nabi yakni Musaimah, kesempatan tak disiasiakan oleh Al Wahsy untuk membalaskan serta mewujudkan niyat besarnya (azzam). Ia selalu mencari dimana posisi Musaimah itu dan akhirnya ketemulah orang yang dijadikan target itu. Dengan kemajuan serta langkah cepatnya, Al Wahsy berhasil menancapkan tombaknya ke tubuh Musaimah. Namun, saat yang sama ternyata ada juga 1 pedang yang juga menebas tubuh Musaimah milik orang Anshor (Madinah). begitu keduanya mendekat di jasad Musaimah, akhirnya Al Wahsy berkata : Saya tidak tahu yang sebenarnya dekat dengan orang yang mengaku nabi saya atau pedang orang Anshor itu. Akan tetapi jika dihadapan Alloh yang benar adalah pedang Anshor,
sekilas kajian siroh sohabah dari narasumber Habib Hanif Mulachela yang alhamdulillah bisa dirangkum dengan tambahan seperlunya sebagai pelengkap agar memudahkan pembaca, mengingat beliau membacakan dari kitab dan cara menjelaskan perkalimat bahkan kadang-kadang perkata. Majelis berlangsung setiap hari Kamis usai Subuh (jam 06.00 - 07.00) di Masjid Assegaf Surakarta.
2 Comments
#germany, welcome
ReplyDelete#denmark, welcome
ReplyDeleteterimakasih sudah atensi