Memasuki pembacaan hari ke -16 rabiul awwal dengan narasumber Habib Ahmad Al Habsy, meneruskan kajian sebelumnya yakni mengupas manakib (kisah perjalanan) singkat dari gua hiro dan beberapa contoh peristiwa sesudahnya, diantaranya kejelian beliau SAW mengahadapi perang Uhud. Diambil istilah manakib oleh penulis, karena dalam sahih Bukhory kata ini (manakib) digunakan untuk kisah perjalanan seseorang, dalam jilid 3 tentang manakib beberapa sahabat sahabat beliau yang cukup dikenal di kalangan muslimin. Dengan demikian, manakib adalah kata yang terambil dari ide Imam Bukhory dalam menyusun bab bab nya.

habib ahmad alhabsy sebagai narsum hari-16

Perjalanan, saat menyendiri kurang lebih sebulan di gua Hiro' oleh para Ulama Salaf (Ibnu Abil Barr) dikatakan bukan iktikaf, karena Iktikaf khusus di masjid seperti pada bulan ramadhan. Menyendirinya rasululloh SAW ini disebut dengan Jiwaar (Jawaar), yakni duduk menyendiri namun dengan sambilan keluar untuk sebuah keperluan. Sementara Gua Hiro sendiri, bukan masjid. Di materi hari ke-16 ini disinggung sebab turunnya baik Surah Al Muddatsir dan Al Muzzammil, juga pertemuannya dengan rahib (ahli kitab) Naufal yang mengatakan bahwa pertemuannya dengan Jibril itu seperti Namus zamannya Nabi Musa AS (utusan Alloh SWT sebelumnya)

Juga ada contoh yang khas tentang kecerdasan, kejelian, kecermatan rasululloh SAW saat menghadapi perang Uhud. Dalam SOP nya Beliau SAW sudah memiliki strategi agar pasukan di atas bukit yang berjumlah 50 personil agar konsisten di atas untuk melindungi rasululloh dan sahabat sahabat yang di tengah medan jihad. Ternyata ada ketidakpatuhan dari pasukan bukit tersebut, karena ada godaan sementara berupa rampasan (ghanimah yang tercecer) di tengah lapangan. Dengan ketidaktaatan ini ternyata resikonya juga cukup besar, yakni rasululloh terkena serangan meski sudah dilindungi sahabat sahabat dari Anshor. Ketidakpatuhan tersebut, jika terdapat pada rasul rasul sebelumnya akan muncul azab yang mengakibatkan musibah besar (bencana, azab, siksaan dll). 

Juga ada contoh atau permisalan bagaimana Alloh SWT memperlakukan rasululloh SAW dengan perlakuan panggilan. Selalu didahului dengan Yaa Ayyuhan Nabiyy, atau Ya Ayyhuharrosul....!!! berbeda dengan rasul atau nabi nabi sebelumnya dengan menyebut langsung namanya. Seperti : Yaa 'Isa.....Yaa Musa...Ya Nuuh dll. Khusus nabi Muhammad SAW tidak dengan nama langsung, ini menunjukkan Alloh SWT mengajarkan adab, tatacara, akhlaq bagaimana memperlakukan rasululloh SAW tentang perlakuan panggilan. Selengkapnya bisa disimak sebagaimana video diatas, yang berlangsung dalam kajian rouhah (siang hari jelang sholat dhuhur) dan berakhir kurang lebih jam 12.30 siang.