Pagi ini ada ide posting kenangan tempo doeloe yang indah. Ringan tapi nyata dan pasti tidak menimbulkan konflik apapun. Kenapa ?. Masa lalu itu jujur dan berkah, tak ada masakini jika tak ada masalalu, bahkan ada satu ayat yang cukup singkat agar melihat masa lalu untuk persiapan ke depan (Qoddamat lighod : QS Al Hasyr) ruku' terkahir. Tadinya mau menuliskan nasihat emas Habib Mohammad Bin Husein Al Habsy yang 2 kata itu pun hingga saat ini masih amat ingat padahal sedang mengisi tafsir yang cukup berat (perang Badar). Tapi urunglah, buat yang santai sedikit serius tapi mengena semua kalangan terutama yang sebaya atau seusia atau minimal selisih plus minus 10 tahun masih sama alami. Kenangan itu universal, tak bisa ditolak, bahkan prestasi yang melekat apapun entah seni, budaya, teknologi, pergaulan, pergulatan, kenal dengan guru ngaji bahkan main main di jalanan dll akhirnya bisa membentuk karakter yang unik.

masihkah anak anak sekarang menikmati ini

Bahkan sebelum tulisan ini muncul sempat setel beberapa lagu best of the best zamannya seperti : True nya Spandau Ballet, Love Kills nya Queen, Love nya The Mercys Indonesia, Pagi Yang Indahnya Koes Plus, I Cannot Believe In true nya Genesis, serta 2 buah album the Police yang populer, serta Boulevard yang hampir semua kenal dan warnet warnet pun sering lantunkan buat selingan. Lagu lagu yang disebut diatas tak lepas dari selingan saat sebelum belajar harian. Kenapa masih hafal juga ?. Yahh, banyak kelebihan masa kecil kita diantaranya hafalan apapun tetap melekat dan kuat. Apalagi taraf melihat televisi pun alm. kakek cukup ketat pengawasannya. Bisa melihat televisi hari tertentu saja semisal malam Jumat (malam libur sekolah). Kok lagu lagunya banyak berbahsa inggris ?. Yahh, memang saat itu radio favorit adalah SAS FM dan JPI FM. SAS FM terkenal dengan trend sedang JPI terkenal dekat dengan fans jazz. Jazz cukup sulit dan aneh buat selingan atau santai santai. Bahkan anak anak pondok Nirbitan saat itu sebut saja : ES (tinggal di jogja), MA (tinggal di jakarta) dll jika sedang masak atau mencuci selalu nyanyikan beberapa lagu diantaranya : I Love U nya Sophie serta dangdut nya Rhoma Irama. Tentu saja ini terjadi saat mereka mereka masih menjadi bocah nirbitan tipes Solo.

Itu kenangan medio antara tahun 80 an hingga mendekati 90 an atau masa seragam putih biru serta putih abu abu. Meski masa yang dianggap masa sisa sisa bermain karena sudah menghadapi sangsi bila ada kenakalan di sekolah, alhamdulillah masih bisa memanfaatkan waktu liburan buat silaturahim ke luar propinsi (jawa timur) buat silaturahim saudara sudara ayahanda alm. Belum lagi kesukaan olah raga (baca tenis meja) tetap bisa diluangkan agar tidak terlalu penat. Maklum saat sekolah sudah dihadapkan sebagai pengurus OSIS, sekolah dengan mata pelajaran double plus bahasa Arab yang sering jadi momok, lingkungan rumah sebagai pondok klasik yang masih menerapkan sebagian adab dan aturan ala pendiri atau pemilik (baca alm KH Abdusomad Nirbitan). Di Jawa Timur bahkan diamanati bisnisan ibunda yang memang saat itu ada seperti : kain, busana muslim serta perhiasan seperti cicncin, kalung dan gelang yang barangnya cukup ambil dulu bayar belakangan. Akhirnya jadi agenda rutin tiap liburan.

adakah model demikian zaman now ?

Menyimak, merenung, menatap ke belakang memang susah digambarkan akan tetapi bisa diceritakan, diilustrasikan bahkan banyak yang menuliskan kenangan itu akhirnya dikenal sebagai sosok yang : misterius, menyenangkan, dinamis, dsb. Atau bahkan bisa mencerminkan jatidiri sang pewarta masa lalu itu sendiri. Saat ini barangkali kenangan kenangan indah akan terkubur oleh zaman yang bisa jadi anak anak saat ini, lepas atau gugur sudah masa kenangan ini. Sekolah libur, banyak di rumah yang mengurangi dunia anak anak yang penuh permainan, masa kenakalan bahkan berlanjut nakal di jalanan (tawuran), tapi toh itu akan ada akhirnya serta tidak seperti itu terus menerus. Kapan era yang kurang mengenakkan seperti sekarang baik buat : anak anak, pelaku usaha, ASN, para pelancong atau wisman, penggemar motor tuwa yang harus nihil acara, bahkan acara ibadah serta pendukung (majelis taklim), semua masih dalam keadaan belum normal. Masa kenangan itu penting, manakala yang dihadapi masih jauh ke depan yakni bisa dipakai untuk membentuk khazanah jiwa, pribadi bahkan karakter yang semua tak lepas dari masa lalu yang indah. Biarpun kelam tetap dan mesti katakan bahwa itu Masa Kecil Yang Indah.