Ungkapan ini terbesit saat mendengar diskusi interaktif, sebuah acara live di radio RDS FM Solo yang membahas tentang stabilitas politik. Ungkapan profesor M MD sekaligus sebagai seorang mentri di negri kita Indonesia. Beliau mengatakan, setelah dibubarkannya sebuah ormas anti kemaksiatan, anti miras dan pelopor pembantu masyarakat setiap terjadinya bencana maka stabilitas politik menjadi stabil dan rakyat menjadi senang. Soalan : rakyat yang mana ?. Bagaimana stabilitas hubungan politik dan ekonomi menjelang akhr tahun ?. Tentu akan akan lain, apalagi contoh kenaikan harga telur yang kian merangkak sejak 25 Desember 2021 hingga jelang tahun baeu 2025 juga harga cabai (lombok bhs jawa) makin tak terkendali. Apa guna stabilitas politik verbal (kata seorang pejabat) sementara perekonomian yang menjadi tulang punggung rakyat kecil menjerit ?. Tulisan Pernyataan Mentri Akhirnya Dijawab Dengan Bola barangkali analisa ringan saja sebagai selingan penghujung di tahun 2021.

profil santai pak mentri yang juga profesor itu

Benarkah dengan bubarnya komponen bangsa berupa ormas FPI (ormas : terdiri kumpulan massa satu arah dan tujuan) politik nasional menjadi stabil ?. Tentu stabilitas jika diukur hanya satu sisi itu, cukup naif sekali. Ada banyak faktor tentang stabilitas ini yang awalnya memang sisi keamanan dalam negri. Namun stabilitas saat ini lebih pada stagnannya (mandegnya dinamika masyarakat). Daya beli rendah, ekonomi belum normal, bangkrutnya beberapa sektor usaha, PHK nya beberapa karyawan baik industri kecil mengengah hingga besar dll. Tidak berlebihan bilamana sigmanisasi kepada FPI cukup melukai ummat islam. Apa memang momennya dipaskan (disengaja) saat perayaan natal oleh kalangan kristiani ?. Lalu ada apa ?. Sebelum HTI resmi dibubarkan, tidak ada peristiwa heboh semacam petinggi ef.pe.i karena peraturan kerumunan massa. Namun sempat mendengardari kawan dekat, yang memiliki akses dengan mantan mentri Bp Wiranto, bahwa HTI memang akan dibubarkan. Untuk FPI nampaknya musti nunggu ganti mentri dulu, yang kebetulan dipegang oleh profesor Mhfudz MD.  

simak dialog berikut di radio RDS FM Solo format *.mp3interaktiv_01

Ummat Islam cukup kenal dengan reputasi ormas ef.pe.i sebagai pionir salah satu aktivitasnya berada di pelbagai bencana alam, bahkan masih berperan anggota anggotanya secara individu saat ini hadir baik di musibah : banjir, gempa, gunung meletus dll tanpa baju ormas lagi. Melihat pimpinannya seorang habib yang tentu miliki tarbiyah khusus (kaderisasi habaib yang konsisten secara internasional di lingkungan rabithoh alawiyyin) serta H4RS mengenyam pendidikan umum bahkan sudah level doktor (S3) dan beliau HRS sudah mengalami masa masa di penjara. Akankah anggota anggota ex FPI kendor dengan pernyataan pak mentri tsb ?. Meski belum bisa disimpulkan secara mendesak dan tentu bukan jawaban pak mentri, tentu anggota anggotanya akan tetap bergerak dan berapresiasi terhadap kepentingan umat. Secara nadhoriyah (kasad mata) FPI bubar, finis sudah semua akselerasi dan akomodasi di tubuh FPI bahkan yang sederhana tempat berkumpulnya atau markaz pun sudah dibekukan. Namun pergerakan dan perjuangan apakah melulu mesti lewat bendera atau legal formal ?.

               simak dialog berikut di radio RDS FM Solo format *.mp3 : usai fpi dibubarrkan

Untunglah persoalan seputar perayaan Nataru (Natal dan Tahun Baru) tidak diselingi keributan atau gangguan yang amat berarti. Cahpondokkan sendiri saat hari H hari Natal menurut kristiani berada di Jogja dan sempat melihat perayaan itu digawangi salah satu ormas islam Banser yang jumlahnya sedikit, yakni di seputar Gereja Gamping Sleman. Gereja itu cukup strategis dan besar serta berusia cukup lama. Justru kehebohan saat ini (menjelang tahun baru) diisi oleh hagemoni supporter bola yang bisa dipastikan merepotkan petugas keamanan baik TNI Polri. Karena ulah mereka tak bisa diprediksi. Eforia kemenangan biasanya juga berlebihan (lihat suppoter Persis Solo saat masuk liga 2 dan berhasil menjadi juara tadi malam). Seterunya dari Jogja, yakni PSIM menyambut kemenangan Persis Solo justru sedikit ada gesekan dengan tetangganya PSS Sleman yang lebih bersahabat dengan Persis meski akhirnya semuanya tetap berdamai dengan saling jabat erat. Pantauan WA Grup tadi malam juga FB Info Cegatan, sempat beredar sweeping plat AD yang akan ke Jogja. Tentu ini membuat kekhawatiran sendiri, warga Solo yang akan bertahun baru di Jogja. Inilah sedikit gambaran, refleksi, respon dari sebagian pernyataan pejabat yang menyinggung tentang bubarnya ormas FPI dengan stabilitas politik. Sementara eforia kekalahan Timnas dengan Thailand cukup dicurahkan via medsos medsos saja, tak sampai ke tindakan pengrusakan. Maklum nilai 0-4 memang kekalahan telak baik secara teknis atau strategis, lawan memang lebih unggul kelasnya.

Bisa jadi usai pernyataan pak mentri itu, umat Islam akan riuh gaduh karena sedikit terluka dan ternyata disambut riuh gaduh oleh penggemar dan supporter bola yang umat islam pun sebagian besar tetap ada di olah raga ini. Artinya apa itu semua ?. Jika ada keributan dan kegaduhan, justru umat Islam akan selamat dari kondisi politik massa dan ini justru menguntungkan umat Islam. Sekaligus pernyataan pejabat tersebut, tak berefek apa apa (tidak berarti sama sekali). Bisa jadi inilah Qudratulloh, cara Alloh SWT masih menisbikan atau menafikan pernyataan pernyataan yang menuju ke arah memojokkan komunitas muslim indonesia. Baik sebagian besar mendukung bubarnya FPI atau sebagian besar menolak bubarnya FPI. Yang jelas, manuver untuk membangkitkan anti ex ormas ef.pe, i tetap masih belum berhasil. Karena cukup dijawab dengan guliran dan tendangan bola. Baik Persis Solo menjadi juara liga atau kekalahan Indonesia atas Tim Thailand dengan skor yang cukup telak di babak awal pertandingan.


Wallohu A'lam