Tetap Tegar Di Usia 80 Tahun Lebih. Demikian ungkapan pas mengenang para srikandi srikandi atau ibu ibu maupun nenek nenek kita dahulu. Kisah ini pernah cahpondokkan tuliskan di blog milik kawan  5 tahun lalu yang masih lancar acara syawalan (pertemuan tahunan) baik keluarga tingkat kakek nenek atau di atasnya lagi (buyut dalam bahasa jawa). Kakek Nenek level buyut ini sebut saja simbah alm Abu Amar, seorang mubaligh dan kyai yang memiliki gelar dari kraton Solo karena memang salah satu tugasnya sebagai guru agama di lingkungan kraton kasunanan (selatan). Foto berikut ini srikandi srikandi keluarga Jamsaren Solo yang usianya diatas 80 th semua. Bahkan Ny. Ali Darokah masih ada dan sugeng di usia lebih dari 90 th (barokallohu lahuma untuk bunda Ny Ali Darokah, Nyai Musta'idi Kauman (tengah). Dengan tema Mengenang Srikandi Mumpuni Penuh Dedikasi, semoga dapat menjadikan gambaran betapa mereka mereka tetap tegar di berbagai era sejak era perang,merdeka hingga moderen. Tercatat di blog ini wanita wanita tangguh seperti pahlawan wanita di masa khalifah Usman RA.


ibunda paling kanan (alm), yang masih hidup adalah
masing masing no 1 &2 dari kiri :  Ny. Ali Darokah, Ny. Musta'idi

Pada acara syawalan keluarga besar kami  Lebaran tahun ini masih dilengkapi beberapa nenek nenek yang berusia 80 tahun lebih. Sebut saja ibu saya, budhe atau bibi saya, dan eyang putri. Keluarga Besar ini atas nama Kleluarga Besar Abu Amar Jamsaren Surakarta. Perlu diketahui, beliau adalah " mertuwa " dari kakek saya yang wafat sekitar tahun 90 an. Bisa dibayangkan berapa jumlah anak cucu hingga cicit yang jika dikumpulkan secara bersamaan ?

Almarhum Abu Amar, demikian nama yang menghiasi komunitas pondok pesantren di bilangan Solo Selatan cukup punya nama, mengingat status terakhir beliau adalah Penasehat Raja Surakarta yang berkuasa saat itu baik secara yuridis atau de facto. Beliau memiliki 3 istri dan jumlah keseluruhannya adalah 21 putra putri (anak).

Ibu saya berada di garis istri yang pertama, itupun dari anak yang paling akhir ( ragil : bhs Jawa ). Sedang ibu saya saudaranya 17 dari 1 Ibu dan ibu saya nomor 2 dari 17 saudara itu. Alhamdulillah, beliau masih bisa bercerita banyak baik seputar orang tuanya (kakek saya) atau orang tua kakek saya (kakek buyut). Memang usia itu di tangan Alloh SWT (Tuhan), namun apa dan bagaimana resep nya agar kiranya di usia senja tetap seperti biasa saja. 

Adapun tentang organ tubuh ( bahasa sehari hari : onderdil ), tentu mengalami kemunduran dan hal ini sangat dimaklumi. Sebut saja Ibu saya, masalah tulisan, koran, buku bebas, hingga membaca Al Quran tidak masalah. Saat ini bahasa tulisan menjadi kunc sehari hari dengan siapapun bertemu. Sedangkan pendengaran, bisa dikatakan sudah zero ( 0 ). Tulisan di blog ini, sudah melewati dimana Ibu sudah gangguan total tentang pendengaran (tahun 2016).

Tahun 2018 tepatnya masih awal tahun (Maret 2018), ibu saya wafat dengan alhamdulillah cukup tenang dan lancar , semoga dimasukkan dari kalangan yang wafat husnul khotimah, Amin...Allohumma Amin. Beliau meninggal tanpa melewati perawatan di RS atau klinik, cukup sebagai putra cahpondokkan alhamdulillah bisa dampingi hingga akhir hayatnya. Tulisan ini dalam rangka hari ini sebagai hari Ibu, yang konon diperingati bangsa Indonesia tiap tahunnya yang jatuh pada tanggal 22 Desember.

Barokallohu Lahuma Ny. Ali Darokah Jamsaren, Ny. Musta'idi Kauman.