Kumpul kumpul ini bila disimak perjalanan suksesnya nabi Muhammad SAW berawal dari kumpul kumpul yang sederhana (sembunyi) hingga agak terbuka yang mengambil tempat di rumah Arqom Bin Abil Arqom. Abu Bakar RA sebagai kawan dekat Nabi SAW masih membuat tempat sendiri (mushola) di rumahnya, dan sebatas untuk pribadi dan saat hijrah tempat ibadah itu dihancurkan kalangan yang anti dengan islam (musrik Makkah). Selama 13 tahun ternyata kumpul kumpul itu alami umpatan, penyegelan hingga ancaman yang akhirnya memunculkan perintah pindah (hijrah) dengan jumlah yang belum besar (dibawah 100 personil).Namun ada pemandangan cukup beda, yakni saat hijrah ke Madinah, disana sudah disiapkan berbagai sarana dan ubo rampe (bhs jawa) untuk menampung para muhajirin (orang orang yang hijrah menyusul Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar RA). Di kota ini kumpul kumpul relatif kondusif dan aman serta mendapat perlindungan penuh dari kalangan Anshor (kalangan penolong muhajirin).

ribuan orang menuju monas

Di kota Madinah ini pula, akhirnya kumpul kumpul memiliki makna luas dengan pelbagai persoalan yang komplek karena komunitas Madinah ada 3 (muslim, nasrani, Yahudi). Problem meluas hingga kumpul kumpul pun untuk membahas strategi dalam peperangan (harb), karena gangguan dakwah N abi Muhammad SAW sudah melibatkan pasukan terstruktur (pasukan, logistik, basecamp, transportasi dll). Akhirnya yang kumpul kumpul pun, meluas dari kalangan yang awalnya sejalan dengan Rasululloh SAW, lalu balik arah menjadi perongrong (penggembos) perjuangan beliau yang akhirnya muncul golongan munafik yang melahirkan pengikut pengkut nabi palsu (dipelopori Musailamah dan Al Ansy). Belum lagi kumpul kumpul itu merambah kalangan Yahudi yang punya benteng benteng perlindungan yang kokoh, yang sejak awal memang menentang kedatangan N Muhammad SAW di Madinah. Adapaun Nasrani, sebagian masuk ke dalam islam namun sebagian menyingkir ke wilayah syam (palestina yang menjadi kekuasaan nasrani romawi). Perjuangan Beliau SAW memasuki tahun ke-9 baru menapak ke arah ketenangan yang significant (berarti) yang masuk tahun ke-10 adalah tahun wafatnya Beliau yang dimakamkan di Madinah.

Terminologi jalan jalan dan kumpul kumpul  paling mengesankan adalah saat akan dilaksanakannya ibadah Haji Wada’ yang merupakan puncak kemenangan islam di seluruh jazirah Arab (meskipun di luar juga ada dengan diwajibkannya bayar upeti karena mereka masih dengan keyakinannya terutama nasrani, namun tunduk dengan pemerintahan Madinah). Dalam Shiroh Nabawiyah nya Dr Ramadhan Al Buthy menggambarkan spektakulernya jalan jalan menuju tempat berkumpul untuk haji (makkah). Saat Nabi Muhammad SAW keluar Madinah, maka di luar wilayah Madinah sudah menunggu warga setempat dalam jumlah banyak sekali dengan jalan kaki hingga naik kendaraan (unta) menyambut dan menemani Nabi Muhammad SAW menuju Makkah. Rombongan baru yang masuk langsung menempatkan diri, memenuhi samping kiri dan samping kanan Nabi Muhammad SAW begitu seterusnya hingga wilayah dekat Makkah tumpah ruah menyambut kedatangan dan menemani Haji Wada’ (haji perpisahan yang masuk th 10 Hijriyah). Bisa dibayangkan, puluhan ribu calon jamaah haji dengan kostum putih putih dan ditemani Rosululloh SAW sendiri akan melksanakan ibadah yang syariatnya sendiri akan turun saat pelaksanaanya (tatacara dan fikihnya).

perjalanan haji zaman dahulu

Dengan berbondong bondongnya umat islam berjalan, berbaris, berthowaf, bursa’i, berumroh hingga melempar jumroh semua tatacara dengan wahyu yang langsung diturunkan. Sehingga dijumpai kadang kadang Nabi SAW berceramah di atas kendaraan langsung berfatwa dan pelasanaanya dengan mudah (pembolehan) ditandai dengan pertanyaan yang muncul langsung dijawab : tak apa apa....lanjutkan, tak apa apa ..... lanjutkan kecuali memang ada udzur seperti Aisyah RA yang datang bulan (haid) saat thowaf maka langsung distop, karena syaratnya harus suci hadast kecil dan besar. Dan bisa dibayangkan betapa riuhnya, Beliau harus menyampaikan sesuatu yang turun wahyu sementara orang orang berjauhan. Namun semua tunduk khusyu’ saat Beliau SAW berceramah di padang Arafah sebagai puncak ibadah haji yang jumlahnya masih banyak perbedaan antara 70.000 – 100.000 hujjaj (jamaah haji). Saat Beliau berpidato, semua bisa mendengar dengan jelas, tumbuhan juga ikut mendengar, pasir pasir pun ikut mendengar, hingga bebatuan keras pun ikut mendengarkan pidato terakhir beliau.

Jika saja saat saat ini masih ada saja kalangan yang mencela, merendahkan, entah dari sisi kehidupannya saat kecil (bocah) hingga masa perjuangannya yang mencapai puncak kesuksesan nya dengan ibadah Haji Wada’, semoga saja dengan cepat untuk bertaubat. Jika tidak, kekhawatiran yang sangat rasional bisa bisa menjadi kalangan munafik yang memang disandang mereka yang mengaku muslim. Kehidupan Beliau akan banyak diwarnai hukum hukum, teladan, sunah baik dalam keadaan : berdiam, beribadah, hingga perjalanan biasa yang dekat hingga perjalanan jauh yang memerlukan waktu beberapa hari dan semuanya apabila ada periwayatan yang baik (sahih) bisa diteladani ummatnya untuk dilakukan, ditiru, diajarkan dan jangan sampai ada yang menafikan (merendahkan ajaran ajaran tersebut) dari sisi mana pun.